-->

Peusaba: Plt Gubernur Aceh Lebih Baik Dimakzulkan, Ini Alasannya!

01 Maret, 2019, 08.17 WIB Last Updated 2019-03-01T01:17:38Z
BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman melihat sudah seminggu lebih konflik antara Plt Gubernur dengan Lembaga Keistimewaan Aceh terus terjadi. Namun Plt Gubernur Aceh memilih diam saja. Ini adalah taktik mengulur-ngulur waktu sehingga masalah ini tidak lagi heboh kemudian rencana penghilangan kekhususan Aceh terus berlanjut. 

"Namun sayang, rakyat Aceh sudah lama menyadarinya bahwa Aceh sejak lama sudah dipermainkan," ungkap Mawardi dalam pesan yang dikirim melalui whatsapp mesenger, Jum'at (01/03/2019). 

Peusaba mengingatkan ketika tahun 1957, Ikrar Lamteh untuk perdamaian setelah perang dengan DI/TII. Pemerintah Pusat memberikan keistimewaan Aceh namun satu persatu keistimewaan Aceh itu dihilangkan hingga akhirnya meletus GAM pada tahun 1976. 

"Hari ini orang Aceh mau diperlakukan dengan cara yang sama, satu demi satu kekhususan Aceh dihilangkan sehingga Aceh kembali menjadi kawasan biasa yang tidak punya arti yang kelak akan menghadapi ejekan sebagai kawasan yang tidak bisa mempertahankan kekhususan yang dimiliki," tegasnya. 

Peusaba mengingatkan, belum terlambat menjaga kekhususan Aceh sehingga berulang lagi kejadian masa lalu. Dimana kita terisolasi dari dunia luar dan diperlakukan dengan tidak hormat. 

Peusaba meminta semua elemen Aceh melupakan perselisihan antar sesama yang sama sekali tidak penting dan bersatu padu melindungi Aceh. 

"Salah satu cara melindungi adalah mengubah tatanan kepemimpinan di Aceh. Plt Gubernur Aceh jelas telah tidak memenuhi syarat dengan sengaja menyerang para orang 'Tua Aceh' yang menjaga adat istiadat dan jelas sekali menunjukkan permusuhan dan kebencian yang mendalam," tukas Mawardi. 

Karena itu, Peusaba meminta seluruh rakyat Aceh bersatu memakzulkan Plt Gubernur yang tidak tahu malu dan adat istiadat itu. Semua harus berdiri dengan sungguh-sungguh melindungi adat istiadat Aceh. 

Kata Mawardi, ingatlah nasehat Ali Bin Abi Thalib kepada Muhammad Hanafiah dalam perang Shifin "Tegaklah berdiri dan gemeretakkan gigimu dan jangan berpindah dari posisimu. Gunung-gunung boleh berpindah dari posisinya namun anda akan tetap tegak berdiri". 

Kemudian, lanjut dia, cara berdiri Muhammad Hanafiah telah masuk dalam adat ketika para orang tua mengajak anaknya dalam prang sabi wahee aneuk tadong beukong beu teuglong lagee geupula (Wahai Putraku dalam perang sabi ini berdirilah dengan kokoh seperti pohon yang tertanam dalam tanah untuk membela negeri ini). 

"Mate aneuk meupat jrat, Gadoh adat pat ta mita," tandas Mawardi.[*/Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini