-->


Hipelmadya: Aroma Busuk Ayam KUB, Dilema Bagi Anak Yatim dan Janda di Abdya

20 Maret, 2019, 08.41 WIB Last Updated 2019-03-20T01:41:11Z
BANDA ACEH - Aroma busuk ayam Kampung Unggul Balitbang (KUB) menjadi dilema bagi janda dan anak yatim di Aceh Barat Daya (Abdya) sejak awal Mei 2018 lalu. 

Abdya kembali dihebohkan oleh munculnya ayam KUB, setelah beberapa bulan lalu heboh dengan udang vandame. Layaknya forum seminar bisnis, bertabur analisa yang menjanjikan terkait program ternak ayam KUB ini. 

Hal ini diungkapkan Ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Aceh Barat Daya (Hipelmadya), Irfan Nasruddin kepada media ini, Rabu (20/03/2019) dini hari.

Irfan mengatakan, jika dibuka google, lalu klik ayam KUB Abdya, maka akan muncul berita menggairahkan terkait potensi bisnis ini. Bagaimana tidak, orang nomor satu Abdya sudah duluan memulai bisnisnya dan menghasilkan puluhan juta rupiah dari bisnis ini.

"Koordinator BISA, Angku Jasman juga pernah mengungkapkan di salah satu media lokal dengan penjelasan bahwa ini peluang bisnis yang sangat menjanjikan, apalagi ini sudah dilakukan oleh Pak Bupati Akmal dan sudah terbukti penghasilannya sangat menjanjikan. Bayangkan saja, jika kita pelihara ayam KUB ini 1000 ekor, maka gaji kita sebulan mencapai Rp.30 juta hingga Rp.50 juta," tutur Irfan mengutip bahasa testimoni yang dimuat di salah satu media.

Dengan semangat bisnis, lanjut Irfan, bupati memasukkan program ini ke dalam agenda pemerintahannya. Program ini disebut pemberdayaan ekonomi milik pemerintah yang  dilemparkan pada masyarakat kemudian gampong-gampong memprogramkan dalam anggaran dana desa untuk pengadaan bibit, pakan dan kandangnya.

"Program ini mulai berjalan, desa telah siap dengan semangat tanpa arah. Masalah pun muncul sekarang. Mulai dari bibit ayamnya masih banyak yang belum tersalurkan, sementara uang sudah di cairkan. Bibit ayam yang tidak ada ukuran standar berat dan besarannya. Kontrak yang tidak ada. kondisi ini sangat rentan terjadi penyimpangan," tambah Irfan menjelaskan.

Yang anehnya lagi, kata Irfan, pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat yang sudah menerima ayam KUB, dimana pada kenyataannya pertumbuhannya sangat lambat. 

"Ternyata pakannya sengat mahal, satu sak harganya Rp.420.000,-. Untuk jumlah ayam KUB 200 ekor membutuhkan 18 sak pakan dan vitamin 1 kotak Rp.30.000,-. Sementara, pihak desa hanya menganggarkan 6 sak pakan untuk selama 1 kali panen 90 hari. Para fakir miskin dan janda harus nombok 12 sak," kata Irfan yang mengaku sempat mendengarkan curhat masyarakat peternak ayam KUB.

"Fantastis bukan? Darimana mereka mendapatkan uang sebanyak itu untuk membeli pakan. Akhirnya, ada yang pakai pakan ampas gabah biasa, tentu hasilnya tidak sesuai harapan. Sementara, harga ayam KUB hanya bisa dijual 22.000 per ekor," beber Irfan.

Mirisnya lagi, menurut Irfan, akhirnya program yang sangat bagus ini hanya cocok buat pejabat sekelas bupati dan pejabat yang punya kemampuan membeli atau bisa membuat pakan sendiri. 

"Program ayam KUB ini justru sangat dilema untuk fakir miskin, janda dan anak yatim. Di sisi lain, jika mereka menolak program ini nanti malah dibilang kufur nikmat. Masak bantuan ditolak. terima malah jadi musibah bagi mereka," tutur Irfan.

Untuk itu, Hipelmadya berharap agar Bupati dan pejabat Abdya segera melakukan introspeksi dan kembalikan program-program rakyat yang sudah baik berjalan. 

"Tinggalkan politik balas dendam. Jika baik, maka lanjutkanlah seperti program santunan kematian, santunan anak yatim, janda dan sakit menahun. Jangan main-main dengan amanah rakyat. Bisa kualat nanti, takutlah dan bertobatlah kepada Allah. Sungguh azab Allah sangatlah pedih baik dunia maupun akhirat," pungkasnya.[*/Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini