-->

Peusaba: Jangan Kehilangan Kekhususan Aceh

24 Februari, 2019, 22.37 WIB Last Updated 2019-02-24T15:37:44Z
BANDA ACEH - Ketua Peusaba Mawardi Usman menilai langkah Plt Gubernur Aceh mem-Pltkan Ketua MAA bukan hanya masalah suka dan tidak suka saja. Namun ada agenda khusus menghilangkan kekhususan Aceh. 

"Bukan tidak mungkin, besok Wali Nanggroe juga di Pltkan oleh Plt Gubernur Aceh. Akhirnya muncullah Plt seluruh Aceh," ujar Mawardi melalui pesan whatsapp, Minggu (24/02/2019). 

Ketua Peusaba melihat Plt Gubernur Aceh telah melampaui batas baik dalam administrasi dan adat istiadat Aceh dengan melawan ahli adat Aceh. Padahal jelas diketahui kalau ahli adat adalah orang tua yang memiliki keilmuan tinggi dan sudah lama berkorban untuk membangun Aceh. 

"Hal yang tidak pernah berani dilakukan oleh gubernur lain. Bukan mereka tidak berani namun karena mereka mengerti adat dan menghormati orang tua," tukasnya. 

Ketua Peusaba Aceh, Mawardi Usman teringat cerita orang bodoh yang didengar dari orang tua masa lalu. Pada zaman dulu di jalanan ada kotoran anjing, semua orang menghindari itu. Datanglah seseorang kemudian memijak kotoran anjing itu dan berkata "saya yang pertama kali menginjak kotoran anjing yang lain tidak berani".

"Maka orang-orang tertawa melihat kebodohan orang itu dan berkata, hai bodoh kami menghindari kotoran anjing itu karena najis. Kamu malah menginjaknya karena menganggap diri berani, justru semua orang tertawa terbahak-bahak melihat kebodohannya," ungkap Mawardi berkisah. 

Masih lanjut dia, pada kali yang lain si bodoh ini yang melihat Teungku sedang berkhutbah dengan suara lantang membahana dia memukul Sang Teungku hingga jatuh dari mimbar. Ia kemudian sambil berkata "saya orang pertama berani memukul Sang Teungku yang suka memarahi kita dalam khutbahnya". 

"Akhirnya si bodoh itu dipukul rame-rame oleh jamaah mesjid karena merusak khutbah Jum''at. Orang berkata, dasar bodoh Teungku ini sedang berkhutbah memberikan penerangan dengan suara lantang datang kamu, maka kamu pukul sang Teungku. Dasar kamu si bodoh tidak mengerti adat dan tidak mengerti agama. Akhirnya si bodoh diusir dari gampong karena peu malee-malee gampong ngen peu malee kaom," kisahnya. 

Anekdot ini, kata Mawardi, pada masa lalu sering diceritakan tentang orang bodoh sok berani yang sama sekali tidak mengerti adat istiadat dan agama semua menjadi lawannya. 

"Makanya Peusaba meminta rakyat Aceh bersatu padu menjaga adat istiadat dari ancaman pihak luar yang sengaja datang kemari kemudian membuat kekacauan.  Sekarang sudah menampakkan wajah aslinya dengan menyerang Tokoh Adat Aceh," terangnya. 

"Jika tidak dipertahankan dengan sungguh-sungguh, maka Aceh akan kehilangan kekhususannya. Semua rakyat Aceh harus melupakan perbedaan dan memilih kembali pemimpin Aceh yang cerdas dan mengerti adat istiadat serta mempertahankan adat Aceh hingga titik darah penghabisan karena adat Aceh adalah Islam," tegas Mawardi.[Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini