BANDA ACEH - Asisten Sutradara Teater The Spirit of Aceh Adapted From Hikayat Prang Sabi karya Teungku Chik Pante Kulu, Mirja Irwansyah memberitahukan bahwa pertunjukan Teater Hikayat Prang Sabi pagelaran perdananya akan digelar di Indoor Taman Budaya Banda Aceh, pada 7-8 November 2018 mendatang.
Teater Hikayat Prang Sabi adalah sebuah karya dari garapan Sutradara Aceh Muhammad Yusuf, yang dikenal dengan Yusuf Bombang atau Apa Kaoy. Teater itu beralur cerita tentang adanya sebuah syair yang memiliki kekuatan sangat dahsyat dan digunakan oleh masyarakat Aceh ketika perang dengan Belanda.
"Ureung yang beu-o seuit untuk jak meuprang peutheun bumoe Aceh nyoe, ketika mendengar hikayat Prang Sabi kemudian semangatnya bangkit untuk berperang," kata Mirja kepada LintasAtjeh.com, Sabtu (03/112018).
Kata Mirja, Sutradara Teater Hikayat Prang Sabi telah mengkombinasikan teater ini dengan alat-alat musik tradisi seperti Rapai dan juga ada beberapa adegan yang akan ditampilkan oleh penari. Jadi ada unsur dialog, teater, drama dan musik live Rapai langsung.
"Sutradara berharap ini bisa punya titik balik dan berguna bagi penonton, bisa membangkitkan sifat ke-Acehannya kembali. Kita mengatakan diri orang Aceh, 'Droeneuh pane ureung, jawabnya Lon Ureung Aceh, tetapi kiban Aceh tidak mengetahui, jadi dengan ini bisa mengembalikan ke-Acehan kita, the real orang Aceh," katanya.
Mirja menambahkan bahwa teater itu bercerita tentang bagaimana susahnya menyebarkan Hikayat Prang Sabi, sehingga seluruh pasukan Aceh nantinya mengetahui adanya Hikayat Prang Sabi. Dan penonton akan mengetahui bahwa narasinya adalah lebih panjang dari yang biasa dinyanyikan oleh para penyanyi.
"Pertunjukan ini bukan yang berat-berat sekali, dengan itu layak ditonton oleh segala usia. Karena jenis ini termasuk ke dalam realis sugestis, dengan menggunakan bahasa-bahasa yang ringan saja, bahasa sehari-hari hingga cocok untuk ditonton oleh anak-anak sekolah, mahasiswa dan segala kalangan," kata Mirja.
Bercerita tentang seberapa besar persiapan pertunjukan, ia mengatakan teater itu membutuhkan tim sekitar 28 orang, diantaranya 15 orang penabuh Rapai dan 8 orang penari tradisional.
Saat pertunjukan teater, tarian akan ditarikan oleh Sanggar Tari Keumala Intan Taman Budaya, beberapa penabuh Rapai dari Sanggar Rapai Tuha Banda Aceh, juga Cut Aja Rizka akan berperan sebagai Teungku Fatimah.
Tokoh Teungku Chik akan diperankan oleh Mantan Wagub Teungku Muhammad Nazar, musik akan ditata oleh Moriza Taher, penata artistik akan dikemas oleh Popon, penata animasi di projektor akan diilustrasikan oleh Teuku Abdul Malik.
Di teater itu, Mirja sendiri selain menjabat sebagai asisten sutradara, juga ikut berperan sebagai tokoh Dalem Hasan, yakni murid sekaligus orang kepercayaan dari Teungku Chik dan tokoh masyarakat.
"Sutradara sendiri menginginkan ini dikerjakan oleh ahlinya masing-masing. Mudah-mudahan karya ini akan menjadi karya yang monumental. Namun untuk mewujudkan itu timnya akan bekerja dengan maksimal," katanya.
Dan syarat pertama ketika ingin bergabung dengan Tim Teater Hikayat Prang Sabi, syarat yang pertama, pemain harus bisa bahasa Aceh, bisa baca bahasa Aceh, juga cara bacanya sedikit harus bergaya hikayat.
Bercerita tentang pengalamannya di dunia teater, sejak 2010 Mirja mulai bergabung dengan beberapa grup teater, juga kuliah di jurusan theater, ISBI Aceh di Jantho.
Mirza mengatakan, perumusan konsep teater hikayat yang sumber asalnya sangat bernuansa khas perjuangan Islam itu, serta dalam pertunjukan teater telah kombinasikan dengan hiburan Aceh yakni tabuhan Rapai dan tarian tradisional. Menurutnya itu tidak akan bertentangan dengan syariat Islam.
"Disini kita sedang berusaha membuat sesuatu, lebih baik kita menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Walaupun kita tidak bisa menerangi secara luas, namun bisa memberi terang di sekeliling kita," kata Mirza.[*/Red]