MANADO - Ratusan massa ormas gabungan adat Minahasa berhasil memaksa Habib Bahar Bin Smith dan Hanif angkat kaki dari Manado.
Keduanya ditolak massa adat karena dituding intoleran serta suka mengumbar kebencian terhadap agama tertentu.
Habib Bahar Bin Smith dan Hanif direncanakan menghadiri acara Tabligh Akbar di salah satu tempat di Manado pada Senin (15/10) malam.
Massa mendatangi Bandara Samratulangi sejak Senin pagi untuk menyuarakan penolakan.
Frangky Boseke, perwakilan ormas mengatakan, pertemuan antara massa, pihak panitia, polisi dan TNI menyepakati akan memulangkan keduanya.
"Pihak keluarga setuju untuk memulangkan keduanya," beber dia.
Sebut Boseke, pihaknya tidak melarang acara tabligh akbar.
Malah mereka sangat mendukung karena warga Sulut sangat toleran.
"Baiknya menghadirkan ulama nasionalis yang menyebarkan kesejukan," beber dia.
Ratusan massa ormas gabungan adat Minahasa berhasil memaksa Habib Bahar Bin Smith dan Hanif angkat kaki dari Manado.
Dibebernya, Hanif datang di bandara lebih dahulu sekira pukul 17.00 Wita.
Sedang Smith datang beberapa jam kemudian. "Untuk sementara mereka berada di bandara," kata dia.
Aksi penolakan ormas adat berlangsung menegangkan.
Senin siang, sejumlah anggota ormas adat terlibat adu mulut dengan otoritas bandara.
Otoritas bandara meminta massa segera meninggalkan bandara. Massa terhalau.
Di luar mereka kembali melakukan aksi. Semua kendaraan yang keluar bandara dipantau. Dari sebuah kendaraan, sesosok pria melambaikan tangan.
Ternyata dia adalah mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Massa menyambut antusias. Jelang pukul 15.00 Wita, massa kian banyak.
Sekelompok penari kabasaran berdatangan. Dipimpin para penari kabasaran ini, massa memasuki bandara. Aparat keamanan tak sanggup mencegah.
Di jalan terminal bandara, tarian kabasaran kembali beraksi, menampilkan aksi mirip berkelahi.
Massa sempat berorasi di terminal bandara. Kemudian massa dan pihak polisi, TNI serta bandara melakukan pertemuan tertutup di ruang terminal care bandara.
Ketegangan sempat terjadi kala tarian kabasaran berhadapan dengan aparat kepolisian.
Para penari dalam posisi siaga. Seseorang menaruh asap rokok di sekujur badan para penari.
Tercium bau kemenyan. Aparat kepolisian memegang tongkat.
Kendaraan rantis serta water cannon nampak disiagakan. Berlangsung alot, rapat akhinya menyepakati untuk tidak mengizinkan kedua uztad masuk Manado.
Steven Kembuan salah satu koordinator aksi menyatakan Habib Smith dan Hanif ditolak karena merupakan pelaku intoleran.
"Keduanya merupakan pentolan 212, suka mengobarkan kebencian serta penuh intoleransi," kata dia.
Kembuan menegaskan, aksi tersebut bukan penolakan terhadap acara tabligh.
Pihaknya justru mendukung acara itu. "Yang kami tolak itu adalah orang yang intoleransi," kata dia.
Menurut dia, Sulut selama ini dikenal dengan kerukunan beragama. Datangnya dua orang pelaku intoleran berpotensi merusak kerukunan beragama di Sulut.
"Jangan sampai masuknya dua orang ini merusak kerukunan di Sulut," kata dia. Dikatakannya, aksi tersebut melibatkan sembilan ormas.
Aksi berlangsung damai. "Kami tak bawa sajam, tak miras, juga tak kerahkan semua massa, pesan kami Sulut adalah gudang toleransi tapi tidak pernah menolerir pihak pihak yang berupaya mengacaukan Sulut," kata dia.[Tribun Manado]