-->

Kappija-21 Adakan Penyuluhan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga bagi Warga Rusunawa Pondok Bambu

20 Oktober, 2018, 13.49 WIB Last Updated 2018-10-20T06:49:11Z
JAKARTA - Keluarga Alumni Program Persahabatan Indonesia-Jepang Abad 21 (Kappija-21) melaksanakan kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan bagi warga penghuni Rusunawa Pondok Bambu, Jalan H. Dogol, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, bertempat di ruang pertemuan warga rusunawa tersebut, Sabtu (20/10/2018).

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kappija-21 dan JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama (LBPI NU). Bentuk kegiatan adalah penjelasan program, diskusi, dan praktek mengelola sampah.

Hadir sebagai fasilitator kegiatan yang dibuka secara resmi oleh perwakilan JICA, Mr. Ando Hisao, beberapa pengurus Kappija-21, Mulyono Loji dan Yusron, dan pengurus LPBI NU, Bapak Wahid dan Bung Lukman. Hadir juga pada kesempatan itu, Wilson Lalengke, salah satu alumni program JICA yang didaulat untuk berbagi pengalaman tentang pengelolaan sampah di Jepang dan Eropa, serta strategi penerapannya di Indonesia.

Tidak kurang dari 30 perwakilan warga Rusunawa Pondok Bambu mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias. Para peserta yang kebanyakan ibu-ibu dengan sangat serius mengikuti penjelasan dan praktek membuat kompos dari sampah rumah tangga mereka sendiri.

Dalam pemaparannya, Wilson Lalengke yang lebih dikenal sebagai Ketua Umum PPWI ini, menekankan pentingnya pembudayaan mengelola sampah pribadi masing-masing individu di rumah masing-masing dan dimanapun berada. 

"Kunci utama dalam mencapai keberhasilan mengelola sampah adalah membiasakan setiap anggota keluarga di rumah untuk dapat mengelola sampahnya masing-masing, budayakan mengatur sampah individu masing-masing, baik di rumah maupun dimanapun berada," urai lulusan PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.

Mr. Ando Hisao, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga sangat penting dilakukan sendiri oleh warga masyarakat sendiri di tempat kediaman masing-masing. 

"Kita perlu mengelola sampah kita di tempat kediaman keluarga masing-masing. Ini penting agar persoalan sampah di Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia, dapat ditanggulangi secara bersama," jelas Mr. Ando dalam bahasa Indonesia yang lancar.

Senada dengan itu, Mulyono Loji, Presiden Kappija-21, dalam sambutannya juga menegaskan bahwa sampah sudah saatnya dilihat sebagai berkah, bukan bencana. Oleh karena itu, sampah mesti dikelola dengan baik di rumah-rumah masing-masing," kata Mulyono.

Sebagaimana diketahui, setiap hari warga Jakarta yang jumlahnya sekitar 9-10 juta orang menghasilkan 6.000 ton sampah.

"Ini artinya setiap orang Jakarta menghasilkan 0,8 kg sampah setiap harinya," ujar Wahid, yang merupakan Direktur LPBI NU ketika memberikan sambutannya di awal acara.

Kemampuan Pemerintah DKI Jakarta, sambung Wahid, hanya mampu mengelola 40-50 persen sampah kota Jakarta. 

"Itu sebabnya, masih banyak terlihat sampah berserakan di hampir semua tempat di Jakarta, pemerintah belum mampu mengelola sampah warganya," imbuh Wahid.

Selain pengelolaan sampah organik (kompos), juga diperkenalkan teknik pengelolaan sampah anorganik yang didaur-ulang menjadi bahan atau alat-alat rumah tangga lainnya. Materi pengelolaan sampah daur ulang itu disampaikan oleh Ms. Juwairiyah dari Bank Sampah Nasional (BSN).

Seusai mengikuti kegiatan, setiap peserta diberikan sertifikat kepesertaan sosialisasi program pengelolaan sampah rumah tangga dimaksud. Kegiatan tersebut rencananya akan dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya. [*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini