IST |
Oleh: Lisa Ulfa
Hari itu
Kala hujan masih malu-malu
Kita berdua duduk di perapian
Aku sibuk menyeduh kopi, kau sibuk menatap api
Kilauan matamu memperlihatkan
Luka dalam yang membekas
Angin berhembus lebih kencang
Sejatinya membelai malam yang hitam
Mengantar salam rindu dari lubuk hati manusia
Menyampaikan salam cinta dari jiwa ke jiwa
Sepasang insan kasmaran
Aroma kopi membawa godaan besar
Minta segera dikecup
Baik olehku maupun darimu
Gembulan asap putih berbentuk gelombang di udara
Kilauan matamu menatapnya penuh kebencian
Seketika kau menoleh
Menusukku dengan sepasang mata belatimu
"Lupakan wanita itu, ini pesan Bapak"
Sabdamu berbingkai dendam
Aku terdiam
Di luar hujan semakin deras