IST |
Majid yang berprofesi sebagai penarik becak motor tersebut menceritakan bahwa dengan dibantu seorang Bidan Desa Matang Seulimeng, putra ketiganya lahir pada Jum'at, 30 Maret 2018 sekira pukul 23.00 WIB. Saat dilahirkan kondisi bayinya sehat, namun tidak ada suara tangisan dari anaknya itu.
Kemudian, bayinya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Namun pada Senin, 02 April 2018 sekira pukul 17.00 WIB anaknya menghebus nafas terakhir.
"Saat melihat anak saya dirawat di ruang incubator, ada selang yang terbuka. Kemudian saya mendengar ketika salah seorang ibu perawat masuk dan mengatakan 'Gimana kalian kerja ini salah, bukan kek gini'. Lalu saya keluar dari ruang itu karena menahan emosi dan perasaan sedih," ungkapnya.
Menurut Majid, anaknya meninggal dunia diduga akibat kelalaian para perawat yang bertugas pada saat memasang alat didalam box kaca di ruang incubator. Karena dari warna kulit merah menjadi putih setelah di pasang alat tersebut.
"Ini mungkin sudah takdir Allah SWT anak saya meninggal begitu dan kita semua juga akan mati," ungkapkan M. Majid suami dari Cut Liana (35).
"Saya memang sudah ikhlas kepergian buah hati kami. Semoga hal seperti ini tidak menimpa kepada orang lain, sehingga cukup hanya kami yang merasakan," imbuhnya.
Dengan kejadian ini, Majid sangat berharap kepada dokter dan perawat agar menghargai nyawa manusia serta jangan lalai dalam bekerja. Begitu juga dalam melayani masyarat jangan pilih kasih meski kami memakai BPJS Kesehatan.
Menanggapi adanya dugaan malpraktek atas meninggalnya anak M. Majid, Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa Syamsul, SST.FT, M.FiS membantah tudingan tersebut. Pihaknya sudah memanggil semua pegawai, termasuk perawat dan dokter yang merawatnya.
"Namun hasilnya, tidak ada satu petugas piket pun yang mengatakan bahwa ada kesalahan pemasangan selang pada alat incubator," ujarnya.
"Para dokter serta perawat disini sudah dilatih, jadi tidak mungkin salah pasang alat atau malpraktek. Dan mereka bekerja sudah sesuai dengan standar maupun prosudur," jelas Samsul saat dikonfirmasi LintasAtjeh.com, Jumat (06/04/2018), di RSUD Langsa.
Sementara itu, dr. Bebi Muthia, S.pA yang menanangani bayi tersebut kepada LintasAtjeh.com mengatakan, saat bayi itu dibawa ke RSU kondisinya tidak menangis. Setelah kami periksa, kondisi bayi sudah kritis dan terjadi gangguan di pernafasan.
"Kami membantah jika dikatakan ada tindakan menyebabkan salah pemasangan alat, Karena kami hanya memberikan bantuan pernafasan," katanya.
"Sebab, pasien mengalami masalah di pernafasan. Maka kami fokus ke pernafasan, karena tidak bersuara atau menangis," imbuhnya.
Pada hari ketiga, sambungnya, kami lihat kondisi bayi kian menurun. Detak jantung bayi tersebut mulai melemah dan kami bantu lagi alat pernafasan. Jadi sekira jam 11.30 WIB, saya juga sudah menyampaikan kepada orang tuanya kondisi anaknya kian melemah.
"Ketika saya datang memeriksa bayi tersebut sekira pukul 17.00 WIB, kondisinya sudah putih dalam arti bayi tersebut sudah tidak ada lagi. Bukan berati salah pasang alat," jelasnya.
"Mungkin itu salah persepsi yang di tanggapi oleh orang tuanya tersebut. Bahkan orang tua bayi marah kepada kami, ini bukan malpraktek kami sudah bekerja sesuai dengan prosedur," tambahnya dengan nada kesal.
Leni, Bidan Gampong Matang Seulimeng saat dikonfirmasi LintasAtjeh.com mengatakan, bayi tersebut lahir sekira pukul 22.00 WIB dan sudah melebihi hari. Pada saat lahir memang dalam keadaan normal dan sempurna. Namun, bayi itu tidak menangis karena terjadi gangguan di pernafasan.
"Karena itu, bayi tersebut dirujuk ke RSUD Langsa untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," ujarnya.
"Karena dalam keadaan darurat, saat itu saya lupa menyampaikan kepada bapaknya bagaimana kondisi bayi tersebut," pungkasnya.[Sm]