JAKARTA - Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) adalah wadah resmi satu-satunya organisasi, tempat berkumpulnya para alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), yang merupakan gabungan dari lulusan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA), Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) dan Program Pendidikan Pemantapan Nilai (Taplai) Kebangsaan. Jumlah alumni Lemhanas sejak berdiri tanggal 17 Maret 1978 sampai sekarang mencapai lebih dari 22 ribu orang, terdiri atas alumni lulusan 21 angkatan PPSA, 56 angkatan PPRA dan puluhan program pemantapan nilai kebangsaan.
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa, meliputi seluruh aspek kehidupan Nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan Nasional.
Di berbagai kesempatan, Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar menyatakan, pengabdian alumni IKAL hanya ditujukan pada kepentingan Bangsa dan Negara.
"Jadi IKAL ini adalah organisasi tempat berkumpulnya para pemikir profesional yang berwatak pejuang dan berwawasan negarawan, yang pengabdiannya hanya ditujukan demi kepentingan bangsa dan Negara," Agum menandaskan.
Sampai dengan 40 tahun usianya tanggal 17 Maret 2018, IKAL telah melakukan berbagai kegiatan di bidang pengkajian masalah strategis, yang diterjemahkan di berbagai bentuk seperti seminar nasional, simposium, focus grup discussion, diskusi publik dan sarasehan, bersinergi dengan berbagai instansi dan lembaga di antaranya dengan Bank Indonesia melalui Seminar Nasional masalah ekonomi di perbatasan, diselenggarakan di Jakarta dan Pontianak Kalimantan Barat serta dengan Pusat Pengkajian Strategis Nasional PPSN di Jakarta.
Alumni IKAL juga aktif terlibat dalam kegiatan bhakti sosial masyarakat, berupa pengobatan gratis, penanaman pohon penghijauan, kepedulian terhadap anak yatim serta publikasi melalui pembuatan kompendium dan penerbitan majalah Telaah STRATEGI.
"Jika suatu bangsa ingin maju, maka harus memperhatikan tiga faktor penting, yakni pertama adanya semangat nasionalisme, yang kedua kualitas Sumber Daya Manusia – SDM dan yang ketiga sikap Disiplin," kata Agum Gumelar.
Sampai sekarang sudah berhasil terbentuk 11 Komisariat IKAL Propinsi, yakni di Papua, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Banten. Pimpinan IKAL hasil Musyawarah Nasional MUNAS ke III tahun 2015, secara maraton terus berupaya meningkatkan kualitas profesionalisme pengelolaan organisasi, disesuaikan dengan tuntutan jaman di era demokratisasi.
Alumni IKAL tidak hanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan beragam profesi, namun juga ada di manca negara, karena peserta pendidikan program di Lemhannas ada yang berasal dari mancanegara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Aljazair, Nigeria, dan Timor Leste.
Memperingati Hari Ulang Tahun ke 40 IKAL tahun 2018, dengan tema "Demokrasi Sehat Negara Kuat", Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas menggelar kegiatan *Reuni Akbar IKAL* yang dipusatkan di Balai Samudera Kelapa Gading Jakarta Utara, hari Senin tanggal 26 Maret 2018 pukul 19.OO WIB sampai selesai. Diharapkan, pada puncak peringatan HUT ke 40 Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas IKAL, akan hadir Presiden RI Joko Widodo.
Sebelumnya, hari Minggu tanggal 25 Maret 2018 mulai pukul 06.00 WIB diselenggarakan Fun Walk dan Bakti untuk Rakyat, berupa cek kesehatan jantung dan pengobatan gratis.
Ketua Umum PPWI Nasional, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, sebagai salah satu anggota IKAL menyampaikan harapannya agar kiranya para anggota IKAL benar-benar mampu menjadi pionir dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Harapan saya semoga setiap anggota IKAL menyadari posisi strategis yang diembannya, dan untuk itu mereka jangan sekali-kali terjebak dalam kontestasi yang mengandalkan primordialisme, politik identitas, dan menghindarkan diri dari konflik bernuansa SARA demi persatuan dan kesatuan bangsa," tegas alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.[*]