MAULIDAR Yusuf (27) sudah tujuh tahun menjadi guru les privat bagi anak-anak pemulung. Beragam mata pelajaran baca tulis diajarkannya. Meski mengajar secara suka rela, tapi menjadi sebuah kebanggaan baginya jika anak-anak didiknya menjadi juara di sekolah mereka.
Lokasi belajar mengajar terletak di sebuah ruangan terbuka di antara rumah-rumah yang dihuni para pemulung di Kampung Jawa, Banda Aceh, Aceh. Lokasi ini tak jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sekitar lima meter dari tempat mereka belajar, tumpukan botol air mineral atau pun barang bekas lainnya menggunung.
Rumah-rumah pemulung di sana terbuat dari papan. Sesekali, jika arah angin bertiup ke perumahan pendudukan, bau sampah tercium. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat anak-anak di sana untuk belajar tambahan pada sore hari.
Bak guru di sekolah formal, Maulidar mengajar dengan ramah. Buku pelajaran dibagi kepada anak-anak didiknya. Mata pelajaran yang dia ajarkan mulai dari matematika, bahasa inggris, agama, ilmu pengetahuan alam, kesenian dan lainnya. Saban sore, ada sekitar 40-50 anak-anak yang belajar di Taman Edukasi Anak Pemulung yang didirikannya sejak 2012 silam.
"Yang paling berkesan dan bahagia bagi saya adalah ketika mereka menjadi juara di sekolah. Ketika motivasi belajar mereka besar, ketika mereka memilih duduk di sini ketimbang main sore. Padahal ini kan sore jam mereka main-main tapi mereka lebih memilih belajar," kata Maulidar.
Tekadnya mengajar anak-anak pemulung karena rasa prihatin dengan kondisi kehidupan mereka di sana. Perempuan alumni jurusan Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry ini ingin mengubah mereka dari sisi pendidikan. Soalnya, anak-anak di sana kadang harus memilih meninggalkan bangku sekolah karena faktor ekonomi.
Menurutnya, dulu pernah ada anak yang belajar bersamanya selama tujuh tahun tapi ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai. Mereka akhirnya memilih ikut memulung bersama orang tuanya.
"Sekarang yang belajar di sini ada dua orang yang tidak sekolah. Penyebabnya karena faktor ekonomi," jelas perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai Humas di Balai Diklat Pelayaran Kementerian Perhubungan.
"Keinginan saya mengajar di sini yang pertama biar orang ini pinter, biar ada perubahan juga dengan kondisi keluarga mereka yang serba keterbatasan, kita membantu pendidikan mereka," ungkap istri Aiyub Bustamam ini.
Sebelum membuka les privat di sana, Maulidar terlebih dulu melakukan survei di beberapa lokasi. Namun dia kemudian jatuh hati dan mempunyai tekad untuk mengajarkan anak-anak pemulung. Warga yang tinggal di sana pun menyambut baik kehadiran Maulidar.
"Taman edukasi ini sudah bertahan hingga tujuh tahun karena berkat relawan juga. Banyak relawan yang hadir, komunitas juga hadir, misalnya organisasi mahasiswa mereka datang mengajar. Ada juga kelompok-kelompok yang datang kadang-kadnag mereka membagi mukena, alat tulis, buku tulis dan sebagainya," ungkapnya.[DetikNews]
"Taman edukasi ini sudah bertahan hingga tujuh tahun karena berkat relawan juga. Banyak relawan yang hadir, komunitas juga hadir, misalnya organisasi mahasiswa mereka datang mengajar. Ada juga kelompok-kelompok yang datang kadang-kadnag mereka membagi mukena, alat tulis, buku tulis dan sebagainya," ungkapnya.[DetikNews]