-->

Peusaba Peringati 429 Tahun Naik Tahtanya Sultan Sayyidil Mukammil

01 Maret, 2018, 14.06 WIB Last Updated 2018-03-01T07:06:22Z
BANDA ACEH - Ketua Peusaba Mawardi Usman mengatakan Grup Peubeudoh Sejarah, Adat dan Budaya Aceh (Peusaba) akan memperingati 429 Tahun Naik Tahtanya Sultan Sayyidil Mukammil di Kompleks Kandhang Blang Merduati yang juga kompleks makam Sultan Sayyidil Mukammil, Sabtu (03/03/2018) mendatang.

"Acara dimulai jam 09.00-12.00 WIB dan terbuka untuk umum," demikian jelas Mawardi kepada LintasAtjeh.com, Kamis (01/03/2018).

Mawardi Usman menjelaskan secara singkat biografi Sultan Sayyidil Mukammil bahwa sebelum Kesultanan Aceh Darussalam ada dua dinasti yang berkuasa Meukuta Alam dibawah pimpinan Sultan Munawar Syah dan Darul Kamal dibawah Pimpinan Sultan Inayat Syah. Kedua dinasti ini kemudian disatukan oleh Sultan Munawar Syah anaknya menjadi Sultan bernama Sultan Syamsu Syah. 

"Sultan Syamsu Syah memiliki putra bernama Sultan Ali Mughayat Syah (1507-1530). Sultan ini yang mendirikan Kesultanan Aceh dan aktif melawan Portugis yang menguasai Malaka pada tahun 1511. Sultan Aceh melawan Portugis bersama kerajaan Malaka dan Demak," jelasnya.

Kemudian lanjut Mawardi, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh Putranya Sultan Salahuddin (1530-1539). Lalu Sultan Salahuddin digantikan oleh Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar (1539-1572). Setelah Sultan Alaiddin Riayat Syah al Kahhar digantikan oleh putranya Sultan Ali Riayat Syah (1572-1589). 

"Sultan Ali Riayat Syah dinaikkan anaknya yang masih bayi Sultan Muda (1589). Sultan ini wafat masih bayi kemudian dinaikkan Sultan Seri Alam beberapa bulan dimakzulkan kemudian diangkat Sultan Zainal Abidin Ibnu Sultan Abdullah Ibnu Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar terbunuh dalam beberapa bulan memerintah," urai Mawardi. 

Dijelaskan lagi, kemudian dinaikkanlah Sultan Alaiddin Mansur Syah bin Sultan Ahmad Perak Melayu (1579-1586) yang juga menantu Sultan Ali Riayat Syah. Sultan Alaiddin Mansur Syah Perak terkenal adil dan banyak ulama besar datang ke Aceh Darusalam pada masanya. Sultan terbunuh pada tahun 1586. Kemudian dinaikkanlah Sultan Meugat Buyong (1586-1589) Ibnu Sultan Munawar Syah Indrapura sultan ini juga terbunuh. 

"Akhirnya Kesultanan ditawarkan kepada Laksamana Mansur Syah bin Sultan Abdul Jalil bin Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar Bin Sultan Ali Mughayat Syah beliau menolak sebab Laksamana Mansur Syah seorang alim dan ahli ibadah. Beliau mengatakan Sultan Sayyidil Mukammil Bin Sultan Firman Syah Bin Sultan Muzafar Syah bin Sultan Inayat Syah dari Dinasti Darul Kamal  lebih layak menjadi Sultan Aceh Darussalam. Sultan Sayyidil Mukammil menjadi Sultan sejak 1589-1604," sebutnya.

Pada saat itu, ungkap dia, Sultan Abdul Jalil berniat melamar Putri Indra Bangsa anak Sultan Sayyidil Mukammil untuk menikahkan dengan anaknya laksamana Mansur, Sultan Sayyidil Mukammil menerima pernikahan yang menyatukan kedua dinasti ini. Dari pernikahan Laksamana Mansur Syah dan Putri Indra Bangsa maka lahirlah Sultan Iskandar Muda Sultan terbesar di Aceh. Sultan Sayyidil Mukammil adalah Sultan yang adil dan bertaqwa beliau sering duduk dengan ulama besar berdiskusi masalah tasawuf tingkat tinggi. 

Masih kata dia, masa itu, Spanyol dan Portugis menjadi satu kerajaan dibawah Felipe II. Felipe II mengadakan tawaran damai dengan Aceh yang diterima Sultan Aceh. Sultan Sayyidil Mukammil kemudian membuka hubungan dengan seluruh raja besar dunia. Khalifah Turki Muhammad III mengirimkan hadiah kuda Tizi Istambul kepada Sultan Sayyidil Mukammil dan mengijinkan bendera turki dikibarkan di Kapal Aceh. Sultan Safawid dan Magribi juga berhubungan dagang dengan Aceh. 

"Hubungan Aceh dengan Mughal bertambah akrab masa Sultan Sayyidil Mukammil. Negara barat juga datang ke Aceh. Sultan mengangkat Laksamana Malahayati, Laksamana wanita pertama di dunia yang membunuh Cornelis de Houtman yang melawan Sultan Aceh. Laksamana Malahayati memiliki 100 kapal perang. Dan masa Sultan inilah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin, Bukhari Al Jauhari mengarang kitab mereka. Kitab Bukhari Al Jauhari yang terkenal adalah Tajus Salatin (Mahkota segala Raja) yang dibuat untuk Sang Sultan Aceh Sultan Sayyidil Mukammil dengan banyak mengambil sumber dari Persia," jelasnya.

Menurutnya, melihat nama Besar Sultan sudah selayaknya makamnya dikunjungi dan dirawat dengan baik namun yang terjadi makam Sultan Sayyidil Mukammil yang sudah rusak masa tsunami dan setelah itu tidak diperhatikan malah banyak yang tidak tahu makam beliau. Harusnya penghargaan pahlawan kepada Laksamana Malahayati juga dibarengi dengan penghargaan yang sama kepada Sultan Sayyidil Mukammil yang mengangkat Laksamana Malahayati sebagai Admiral wanita pertama di dunia.

"Dengan acara ini mari kita juga ambil iktibar dimana pendahulu kita yang sangat cerdas-cerdas, kenapa kita sekarang seperti sepi dari kecerdasan seperti mereka? Kita harus berusaha mengembalikan generasi-generasi gemilang dan beradap di era ini," demikian harap Mawardi Usman.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini