-->

Mengais Rezeki di Derasnya Arus Krueng Teukuh

29 Maret, 2018, 18.51 WIB Last Updated 2018-03-29T11:51:23Z
ABDYA - Krueng Teukuh yang memiliki arus deras merupakan sungai pemisah antara Kecamatan Kuala Batee dengan Bahbarot. Guna menghubungkan kedua kecamatan tersebut, masyarakat menggunakan jasa rakit sebagai alat transportasi. 

Di derasnya arus Krueng Teukuh terlihat dua orang yang bermandikan peluh sedang menjual jasa penyeberangan dengan menggunakan sebuah rakit. Kedua orang itu adalah Nasir, warga Gampong Panton Mu, Kecamatan Kuala Batee dan Hasyimi, warga Gampong Alue Selaseh, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). 

Mereka (Nasir dan Hasyimi_red) setiap harinya bekerja membantu ratusan pemilik dan pekerja kebun sawit menyeberangi derasnya arus Krueng Teukuh dengan menggunakan sebuah rakit yang terbuat dari kayu.

Dengan kedua tangannya, Nasir menarik perlahan tali rakit berukuran 5 × 5 itu yang muatan 20 sepeda motor, perlahan tapi pasti. Ia harusnya melawan deras air sungai untuk membantu penumpangnya sampai ke seberang.

Derasnya arus Krueng Teukuh tidak menyulut dirinya untuk terus menguras tenaga, walaupun bersimbah peluh akibat teriknya sang surya memancarkan sinarnya. Kesemua itu dilakukan demi mengais rupiah yang katanya bisa mencapai satu jutaan lebih setiap harinya.

"Pendapatan sebesar itu kita peroleh pada hari Sabtu dan Minggu, sedangkan hari lainnya berkisar dibawah satu juta. Karena penumpang yang pergi ke kebun sawit kurang," ujar Hasyimi kepada dengan LintasAtjeh.com, Rabu (28/03/2018).

Hasyimi yang bertugas mengutip ongkos jasa rakit penyeberangan menjelaskan, untuk sekali penyeberangan kita hanya memungut ongkos 3.000 rupiah untuk satu sepeda motor dan joki. 

"Derasnya air sungai membuat kita terpaksa bekerja bergantian untuk menyeberangkan ratusan pemilik dan pekerja kebun sawit yang hendak ke kebun hingga larut malam, semua itu kita lakukan dengan sabar demi rupiah," ungkapnya.

"Habis mau bagaimana lagi, yang penting pekerjaan yang kita lakukan bisa menghasilkan rupiah walaupun harus berjibaku dengan derasnya arus Krueng Teukuh," imbuhnya.

Namun, sambung Hasyimi, pendapatan dari dihasilkan itu tidak semuanya menjadi milik kami. Akan tetapi setengah dari penghasilan tersebut harus diserahkan kepada pemilik rakit.

"Walau harus membayar sewa rakit kepada pemiliknya, namun kita masih memperoleh hasil lebih Rp 100.000 setiap harinya," pungkas Hasyimi.[ADI S]
Komentar

Tampilkan

Terkini