BANDA ACEH - Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI atau disingkat IKAL yang baru merayakan ulang tahunnya ke-40, Senin (26/02/2018) yang lalu, kini semakin menunjukan bobotnya sebagai organisasi alumni yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Salah satunya, IKAL Komisariat Provinsi Aceh yang dinahkodai oleh seorang professor peraih bintang seroja dan pernah menjadi professor termuda se-Indonesia, Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, telah memberikan suatu kesempatan untuk ikut serta memberikan pencerahan kepada komunitas internasional yang terdiri dari para profesional yang tergabung dalam Rotary Peace Fellowship dari Rotary Peace Center dalam sebuah perhelatan jamuan Farewell Dinner di sebuah restauran Kuala Village di wilayah Kota Banda Aceh, Kamis (29/03/2018).
Dalam kesempatan yang dihadiri para alumni IKAL yang berdomisili di wilayah Aceh itu, terjadi sebuah dialog interaktif yang akhirnya dapat memberikan wawasan baru bagi para profesional yang terdiri dari 18 Negara dimana Indonesia memiliki suatu keunikan sendiri dalam mengkombinasikan kekuatan pertahanannya dimana militer dan sipil menjadi kekuatan integral yang tak terpisahkan.
Adapun Brigadir Jenderal TNI Achmad Daniel Cardien, alumni Lemhannas program PPSA XXI 2017 yang berhasil membuka mata dunia melalui perwakilan dari 18 negara tersebut tentang bagaimana Militer Indonesia sejak reformasi telah bertransformasi menjadi militer yang sangat membumi dan profesional. Selain itu, Jenderal berbintang satu inipun membuat peserta terkagum-kagum atas penjelasannya tentang keberhasilan TNI mendukung program ketahanan pangan dan membuatnya menjadi lembaga yang paling dipercaya oleh rakyat Indonesia.
Dalam kesempatan yang dihadiri para alumni IKAL yang berdomisili di wilayah Aceh itu, terjadi sebuah dialog interaktif yang akhirnya dapat memberikan wawasan baru bagi para profesional yang terdiri dari 18 Negara dimana Indonesia memiliki suatu keunikan sendiri dalam mengkombinasikan kekuatan pertahanannya dimana militer dan sipil menjadi kekuatan integral yang tak terpisahkan.
Adapun Brigadir Jenderal TNI Achmad Daniel Cardien, alumni Lemhannas program PPSA XXI 2017 yang berhasil membuka mata dunia melalui perwakilan dari 18 negara tersebut tentang bagaimana Militer Indonesia sejak reformasi telah bertransformasi menjadi militer yang sangat membumi dan profesional. Selain itu, Jenderal berbintang satu inipun membuat peserta terkagum-kagum atas penjelasannya tentang keberhasilan TNI mendukung program ketahanan pangan dan membuatnya menjadi lembaga yang paling dipercaya oleh rakyat Indonesia.
Awalnya, dalam rangkaian studi tentang Perdamaian dan Resolusi Konflik dimana Aceh menjadi ikon keberhasilan dalam Peace Process dan Peace Building setelah bertahun-tahun dilanda konflik antara GAM dan Pemerintah, peserta yang dididik selama 16 minggu di Chulalongkorn University Bangkok Thailand itu sempat memiliki pemikiran yang bias terhadap Militer Indonesia yang dianggapnya sama dengan militer di negara lain yang terkesan eksklusif dan mendikotomi sendiri dengan komunitas sipil.
Dalam malam yang dihantar oleh Prof. Dr. Yusni Sabi sebagai salahsatu dewan penasihat IKAL Aceh yang juga sebagai tokoh pendidikan senior yang cukup mempunyai jam terbang yang tinggi di dunia internasional itu, cukup memberikan informasi tentang bagaimana proses perdamaian di Aceh tak lepas dari peran serta militer Indonesia yang memang dikenal sebagai militer yang modern, humanis dan merakyat.
Acara yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut, ternyata cukup berdampak bagi para profesional yang terdiri dari orang-orang yang terpilih melalui seleksi yang cukup ketat di pusat nya Rotary International Evanston Illinois Amerika Serikat. Karena pada akhirnya mereka menjadi sangat penasaran tentang bagaimana mungkin Militer Indonesia bisa menempatkan dirinya berbaur dengan rakyat dan berhasil bertransformasi sehingga perdamaian di Aceh dapat terwujud.
Selain itu, penasaran mereka sebenarnya bertumpu pada dua hal lain yaitu tentang Falsafah Pancasila dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang dijelaskan dalam bahasa universal sebagai Unity in Diversity.
Akhirnya, semoga IKAL Aceh yang diawaki para profesional, akademisi, militer, polisi bahkan pengusaha dapat menjadi kekuatan baru dalam membangun kesadaran berbangsa dan bertanah air bagi masyarakat Aceh yang disebutkan oleh Kepala Kesbangpol Aceh, Mahdi sebagai "Nationalism Crisis".
Selain itu, penasaran mereka sebenarnya bertumpu pada dua hal lain yaitu tentang Falsafah Pancasila dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang dijelaskan dalam bahasa universal sebagai Unity in Diversity.
Akhirnya, semoga IKAL Aceh yang diawaki para profesional, akademisi, militer, polisi bahkan pengusaha dapat menjadi kekuatan baru dalam membangun kesadaran berbangsa dan bertanah air bagi masyarakat Aceh yang disebutkan oleh Kepala Kesbangpol Aceh, Mahdi sebagai "Nationalism Crisis".
Bahkan Mahdi menambahkan melalui Kesbangpol Aceh, Gubernur Irwandi mendorong agar nilai-nilai perdamaian di Bumi Aceh dapat dimasukan dalam kurikulum di sekolah sebagai muatan lokal agar generasi muda Aceh masa depan dapat memahami sejarah tetang bagaimana terwujudnya perdamaian melalui MoU Helsinski 2005. Selanjutnya dapat merawat perdamaian tersebut melalui pemantapan nilai-nilai kebangsaan pada masyarakat Aceh oleh Pemerintah daerah, TNI/Polri dan lembaga-lembaga mitra seperti FKPPI, PPM, GBN dan P3KA yang turut hadir pada malam hari itu.[Pen IM]