SEMARANG - Pengamat media sosial dari Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan bahwa bangsa lain sudah memaksimalkan media sosial untuk kepentingan nasionalnya dengan efektif. Lihatlah Korea Selatan, Amerika, Inggris, Turki, India, dan China. Kita jangan sampai tertinggal, jangan sampai media sosial kita gunakan untuk saling memfitnah dan melakukan penyalahgunaan isu SARA.
"Kapan kita akan maju jika trend ini diteruskan, bangsa lain sudah berlari, kita masih berdebat tentang hal-hal yang sudah diputuskan dengan susah payah oleh para pendiri NKRI ini," katanya dalam diskusi bertajuk "Gotong-Royong Mencegah Kampanye Hitam dan Politisasi SARA Pada Pilkada Serentak 2018" di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Jl. Imam Bonjol Km. 04, Gedangan, Tuntang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa sore (20/03/2018).
Hariqo menambahkan bahwa penyebar hoax, pelaku kampanye hitam harus dihukum, jika tidak mereka akan merasa benar dan orang lain juga akan terdorong melakukan hal yang sama. Kita tidak ingin setiap pemilihan umum ikatan sosial masyarakat Indonesia menipis. Meskipun modal sejarah, budaya, agama kita sangat kuat namun jika terus menerus diserang kampanye hitam, lama-lama bisa rapuh.
"Membangun gotong-royong di media sosial dapat dimulai dengan kesadaran 1928. Kita ini sudah bersumpah bahwa kita adalah satu. Tujuan kita sama, yakni ingin menjadikan Indonesia maju dan menjadi tempat yang menyenangkan, membahagiakan bagi seluruh lapisan warga negara Indonesia," jelas Hariqo.
Dalam lokakarya literasi media ini, Hariqo Wibawa juga memberikan praktek membuat konten video sederhana menggunakan telepon genggam dengan melibatkan santri. "Orang baik jauh lebih banyak dari orang jahat, namun kesadaran orang baik untuk memproduksi konten yang benar dan bermanfaat untuk kepentingan nasional yang perlu terus ditingkatkan. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan konten," tutup Hariqo dalam presentasinya.[*]