-->

Cegah Investasi Bodong, Reliance Sekuritas Gencar Kampanye Literasi dan Iklusi Keuangan

14 Februari, 2018, 09.04 WIB Last Updated 2018-02-14T02:04:14Z
IST
JAKARTA - Jumlah investor pasar modal di Indonesia masih terbilang minim.  Per Desember 2017, investor pasar modal Indonesia baru 1,11 juta. Padahal, berinvestasi di pasar modal, di negara maju, merupakan pilihan utama  karena memiliki return cukup tinggi di banding investasi lain.

Nah, untuk terus mendukung literasi dan inklusi keuangan, PT Reliance Sekuritas Indonesia, menggelar edukasi investasi saham melalui progam 'Yuk Nabung Saham' bersama Bursa Efek Indonesai (BEI) yang bertempat di PD Pasar Resik Cikurubuk, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Sriwidjaja Rauf, kepada media, Rabu (14/02/2018), mengatakan dengan adanya Galeri Investasi diPasar Cikurubuk, Reliance ingin mengenalkan serta mengedukasi  pasar modal kepada masyarakat secara langsung. Sehingga dapat mendorong peningkatan jumlah investor di pasar modal Indonesia, khususnya berinvestasi saham. 
 
Reliance melakukan edukasi dan literasi, dengan langsung menyasar ke para pedagang di pasar, supaya masyarakat semakin sadar pentingnya berinvestasi sekaligus juga mengajak masyarakat untuk waspada dengan berbagai tawaran investasi bodong.


"Harapannya, dengan edukasi dan literasi, dapat memberikan informasi yang benar kepada publik. Sehingga dapat menekan atau memperkecil jumlah investasi bodong," tegas Sriwidjaja.

Ditegaskan Sriwidjaja, sebagai perusahaan efek, Reliance secara terus menerus, baik sendiri maupun bekerjasama dengan  pihak lain seperti BEI, Kampus, Pemda, Komunitas-komunitas, hingga asosiasi, terus melakukan kampanye literasi dan inklusi keuangan dengan tujuan utama agar jumlah investor di pasar modal semakin meningkat.

Galeri Investasi yang ada dalam koordinasi Reliance bekerjasama dengan BEI dan beberapa kampus di Indonesia juga berkembang sangat baik. Ini dapat terlihat adanya peningkatan jumlah investor dari kalangan akademisi atau mahasiswa.

Reliance berharap, dengan mengajak kampus bekerjasama dan bersinergi, diharapkan peranan kampus khususnya mahasiswa, dapat menjadi agen distribusi informasi baik di kalangan kampus maupun masyarakat di sekitarnya.

"Sebagai contoh, adanya galeri investasi pasar Cikurubuk ini tidak lepas dari peranan galeri yang ada di kampus untuk melakukan penetrasi ke pasar. Sehingga pemerataan distribusi keuntungan perusahaan tercatat kepada masyarakat dapat dirasakan, dan sekaligus dapat memilikinya sebagai pemegang saham perusahaan tercatat di BEI," ucap Sriwidjaja.

Pelajari sebelum investasi

Nah, supaya tidak tergiur tawaran investasi bodong, Sriwidjaja menyarankan agar pahami dan pelajari dulu produk investasi yang akan dibeli. Pastikan juga, apakah produk tersebut mempunyai legalitas yang telah disetujui oleh pihak otoritas baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bursa Efek Indonesia.

Kemudian, cari informasi secara lengkap, perusahaan yang menjual produk investasi tersebut. Jangan sungkan, untuk tanyakan langsung ke OJK maupun BEI. Tak kalah penting, jangan percaya dengan penawaran return yang tinggi.

"Setiap investasi selalu ada risiko. Semakin tinggi investasi semakin tinggi pula risikonya. Di pasar modal, semua sales yang ditugaskan menjual produk investasi harus mempunyai ijin dari OJK. Jadi calon investor harus berani menanyakan legalitas ijin tersebut," tegas Sriwidjaja.

Tak kalah penting, baca juga kontrak pembukaan rekening dengan baik agar tahu hak dan kewajiban sebagai investor. Disisi lain, kewajiban perusahaan harus menjelaskan dengan benar apapun produk investasi tersebut. Sementara, jika terdeteksi ada unsur penipuan yang dilakukan oleh sales, dapat langsung mengadu ke Perusahaan Efek. 


Tentu saja, posisikan sebagai investor cerdas. Selalu pelajari dan pahami produk (saham) yang akan dibeli secara fundamental maupun teknikal. 

Pelajari juga karakter diri sendiri


Apakah masuk tipe investor moderat, konservatif atau spekulatif.  Kemudian, pilihan investasi yang diambil apakah untuk jangka pangjang atau jangka pendek.

Terakhir, jangan simpan telur dalam satu kerajang. Artinya, dalam berinvestasi, investor harus menyebarkan investasi kedalam beberapa produk dan portofolio agar dapat meminimalkan risiko. Pilih mana saham untuk jangka panjang. Mana untuk trading.

"Jangan pernah malu untuk belajar. Cari informasi dari riset. Setiap perusahaan efek yang baik pasti ada tim riset yang dapat membantu investor mengambil keputusan," tegas Sriwidjaja.[*]
Komentar

Tampilkan

Terkini