-->

Lama Tidak Digarap, Warga Lembah Sabil Manfaatkan Lahan Kosong 

03 Januari, 2018, 19.46 WIB Last Updated 2018-01-03T12:46:48Z
ABDYA - Ribuan hektar lahan tidur di Bukit Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang selama ini dibiarkan begitu saja, kini mulai digarap warga setempat untuk ditanami berbagai jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi alam sebagai upaya untuk meningkatan pendapatan ekonomi keluarga.

Jasman salah seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Lembah Sabil Abdya, Rabu (03/01/2018), di Blangpidie kepada LintasAtjeh.com menyebutkan lahan tidur di kawasan Bukit Lembah Sabil diperkirakan seluas 8000 hektar sudah sejak lama tidak produktif. Itu semua disebabkan oleh gangguan kawanan ternak liar dan hama babi yang menyerang tanaman warga.

Kisah Jasman, saat era enam puluhan Lembah Gunung Sabil, bisa memprodusi berbagai hasil, sehingga Manggeng saat itu terkenal dengan lada, cengkeh, ubi, nanas, jagung dan pisang yang bisa dipasarkan keluar daerah. Itu semua tidak dijumpai lagi saat sekarang ini.

"Kejayaan itu sudah pernah ada, dengan hasil produksi itu masyarakat bisa berangkat haji. Bahkan, ada membeli mobil pertama di Kecamatan Manggeng dengan sebutan mobil ekspres Manggeng. Itu di era enam puluhan," kenangnya.

Lanjut Jasman lagi, kejayaan itu sirna setelah masyarakat tidak lagi memanfaatkan lahan yang ada di perbukitan Lembah Sabil karena berbagai faktor diantaranya semua daun cengkeh diambil, kemudian diolah menjadi minyak, sehingga batang cengkeh mati. Kemudian lahan tersebut tidak lagi dimanfaatkan oleh warga sehinga dibiarkan terlantar begitu saja," ujarnya.

Selain itu, sebutnya, faktor euforia masyarakat yang terlalu berlebihan sehingga rahmat yang ada tidak dikelola dengan baik. "Saat ada rezeki, terkadang kita sudah lupa karena sibuk dengan hasil akhirnya kita lupa dengan kewajiban sesuai dengan tuntunan agama. Saya pikir ini juga menjadi faktor hilangnya kejayaan saat itu," ulas Jasman.

Menurut Jasman, masyarakat setempat telah beberapa kali berupaya memanfaatkan lahan tersebut namun terkendala dengan biaya untuk membeli bahan baku pagar.

"Masyarakat telah berupaya namun terkendala dengan hama babi dan kawanan ternak yang setiap saat mengincar tanaman mereka karena tidak adanya pagar. Sebab pagar yang dibuat seadanya dengan menggunakan anak kayu," ujarnya.

Namun, katanya, pemerintah gampong setempat telah mewacanakan membuat pagar blok agar tanaman yang telah ditanam oleh warga bisa menghasilkan. Sehingga kejayaan berberapa tahun yang lalu bisa kembali seperti sediakala.

"Sementara waktu, kami sudah sepakat untuk memagar kembali lahan tersebut dengan menggunakan kawat. Nanti jika ini sudah berhasil, bagi warga yang tidak menggarap lahannya akan kita alihkan atau disewakan tergantung antara pemilik dan penggarap, sehingga lahan benar-benar bisa berproduksi," tuturnya.

Jika ini berhasil, sambung Jasman, manfaatnya tidak saja dirasakan oleh masyarakat setempat, tetapi bisa dirasaan oleh seluruh masyarakat yang memiliki lahan di kawasan perbukitan Lembah Sabil.

"Biaya pemagaran blok lahan tidak memakan biaya yang besar jika dihitung secara kasar. Namun jika ini berhasil, manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat secara jangka panjang," katanya singkat.[ADI S]
Komentar

Tampilkan

Terkini