-->

Kelangkaan Pupuk Urea di Langsa, Jadi Keluhan Para Petani

17 Januari, 2018, 21.44 WIB Last Updated 2018-01-17T14:44:29Z
LANGSA - Kelangkaan ketersediaan pupuk jenis urea dipasaran menjadi keluhan para petani di Kota Langsa, Provinsi Aceh. Hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi turunnya produktivitas tanaman padi mereka.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Langsa Timur, Zulkifli kepada LintasAtjeh.com, Rabu (17/1/2018) menuturkan, sejak dua pekan ini terjadi kelangkaan pupuk sehingga meresahkan sedikitnya 186 kelompok tani di daerah itu.

Menurut dia, sejak awal musim tanam tahun 2017/2018 pihaknya telah menyusun Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diserahkan ke pihak Dinas Pertanian setempat.

Dari RDKK tersebut, sambung Zulkifli, telah tercantum kebutuhan riil mulai bibit hingga sejumlah jenis pupuk yang dibutuhkan petani, agar mampu menghasilkan panen maksimal.

"Sekarang pupuk urea langka. Padahal kita sudah susun RDKK sebagai pedoman pemerintah dalam menjamin kebutuhan petani, termasuk pupuk," ujarnya.

Akan tetapi, tambah dia, kenyataannya di lapangan sangat sulit menemukan pupuk urea di pasaran.

"Kita datang ke pengecer pupuk, katanya habis. Akibatnya, ratusan hektare areal sawah terancap gagal panen," tutur Zulkifli.

"Daun padi sudah mulai kuning. Ini tandanya sudah harus diberikan pupuk. Tapi nyatanya pupuk tidak tersedia," tambah dia.

Dia berharap pemerintah melalui dinas terkait bisa memberikan solusi konkrit dan menjamin ketersediaan pupuk bagi petani.

Kecamatan Langsa Timur merupakan sentra pertanian di Kota Langsa. Kawasan ini sedikitnya terdapat 1.600 hektare lahan persawahan yang digarap masyarakat petani.

Zulkifli menyampaikan, dari jumlah areal persawahan yang digarap petani terdapat sejumlah varietas padi unggulan.

"Lebih kurang 1.600 hektare ditanami beragam varietas padi seperti arize, inpari 30 dan 32, mekonga dan CBD," sebut Zulkifli.

"Biasanya hasil panen petani di daerah itu mencapai 6-7 ton per hektare. Atau bisa mencapai 9.600 ton, untuk satu kali musim tanam," jelasnya lagi.

Musim tanam di Kecamatan Langsa Timur, yang merupakan kawasan sentra pertanian dalam wilayah Kota Langsa, adalah dua kali dalam setahun. Sehingga hasil produksi gabah yang dihasilkan mencapai 19.200 ton per tahunnya. Jumlah tersebut sepertinya mampu memenuhi kebutuhan beras di Kota Langsa.

Namun, Zulkifli mengaku harga jual gabah petani lokal masih sangat minim yakni Rp 5.200-5.300 per kilogram, dibawah standar pembelian gabah Rp 5.800/Kg.[Sm]
Komentar

Tampilkan

Terkini