BANDA ACEH - Banjir susulan yang merendam Aceh Utara hanya dalam waktu kurang dari dua bulan telah menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat di wilayah tersebut, baik akibat rusak atau hancurnya harta benda, tempat tinggal maupun lahan usaha.
"Banjir di awal Januari 2018 ini memang sudah berangsur surut namun bukan mustahil bencana serupa akan terulang. Hal lain yang harus diwaspadai pasca banjir adalah bencana sosial akibat terpuruknya ekonomi masyarakat karena lahan usaha pertanian (persawahan) mereka hancur," kata Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (Forum PRB) Aceh, Nasir Nurdin dalam siaran persnya, Minggu (07/01/2018).
Data yang dihimpun Forum PRB Aceh, lokasi rawan banjir di Aceh Utara meliputi Kecamatan Pirak Timu, Matangkuli dan Tanah Luas. Ini disebabkan ada beberapa sungai yang sering meluap di tiga kecamatan itu seperti Krueng Keureuto, Krueng Inong dan Krueng Pirak.
"Proyek bendungan raksasa yang sedang dibangun menjadi solusi jangka panjang untuk mengantisipasi banjir di Aceh Utara. Namun solusi jangka pendek dan menengah harus segera dipikirkan oleh pemerintah, seperti memberikan bantuan langsung kepada petani agar keterpurukan ekonomi akibat hancurnya lahan persawahan, banjir harus secepatnya disalurkan," tandasnya.
Menurut data sementara, kata dia, di Kecamatan Pirak Timu ratusan hektare sawah yang sudah ditanami padi terendam selama empat hari dan dipastikan padi akan mati.
"Ini kejadian kedua kalinya dalam waktu tak sampai dua bulan. Jadi harus ada perhatian secepatnya dari pemerintah terhadap warga dan petani disana," kata Nasir.
"Dampak lain pasca banjir Aceh Utara adalah serangan penyakit kulit dan kesulitan air bersih. Hampir seluruh sumur di zona bencana tercemar limbah yang dibawa banjir. Ini juga harus ada solusi cepat," tutupnya.[*]