-->

Cek Kosong itu Penipuan, RPS Menjawab Nyanyian La Nyalla

17 Januari, 2018, 18.59 WIB Last Updated 2018-01-17T11:59:49Z
JAKARTA - RPS_2019 adalah wadah perkumpulan para pejuang dan para aktivis lintas zaman yang pembentukannya dengan tujuan berjuang mengusung Prabowo Subianto sebagai Presiden 2019 menjawab nyanyian La Nyalla Mahmud Mattalitti yang menyerang Prabowo dengan menyebut "Prabowo memalak La Nyalla", para pengurus RPS menjawab kicauan La Nyalla yang dianggap telah menyerang kehormatan dan nama besar Prabowo. 

Dr. Ir. H. M. Nizar Dahlan, M.Si. kepada IndonesiaMediaCenter.com pada Rabu, 17/1/2018 mengatakan RPS punya visi berjuang mengantarkan Prabowo menjadi Presiden pada Pilpres 2019.

”Kami punya tanggung jawab moral terhadap figur Prabowo, kami mengikuti dengan cermat perkembangan La Nyala menjadi bakal calon Gubernur Jawa Timur dengan mengharap dukungan Gerindra yang memiliki kursi di DPRD Jawa Timur,” kata Nizar.

Dukungan Gerindra untuk mengusung calon Gubernur di Jawa Timur belu memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh undang-undang yaitu minimal 20 kursi.

“Tetapi belum cukup seperti yang disyaratkan Undang-undang minimal 20 kursi, kemudian La Nyalla gagal karena tidak sanggup datangkan kursi tambahan sesuai surat tugas yang diberikan Gerindra, hal ini menjadi booming di medsos karena La Nyala menyatakan dirinya ‘dipalak’ oleh Prabowo Subianto, tapi di ILC TV One pada Selasa, 16/1/2106 La Nyalla melalui suratnya menyatakan yang palak bukan Prabowo tapi oknum dari Gerindra, urai Nizar, mantan Anggota DPR RI tahun 2009-2014 ini,” beber sang cendikia yang sudah merasakan asam garam penjara ini.

Pernyataan yang tidak konsisten tersebut, La Nyalla dianggap telah dengan sengaja menyerang kehormatan dan nama besar Prabowo, “coba lihat bahasa ‘palak’, itu bahasa yang tidak etis, itu bahasa preman. ‘Masa Prabowo dan ulama mau mendukung preman jadi pemimpin daerah’? Tanya Nizar dengan nada tinggi. 

“Di media juga ramai ditulis  ‘Uang Mahar La Nyala untuk Prabowo’, ini fitnah yang sungguh keji, pernyataan itu mengarah pada perbuatan melawan hukum. Berita itu tidak sesuai kenyataan. Itu judul yang sangat bom bastis, kalian dengar sendirikan,  surat La Nyalla yang dibacakan dalam acara ILC TV One tadi malam"? kata Nizar. 

Di acara ILC TV One Karni Ilyas mengatakan La Nyalla akan hadir untuk menjelaskan hal ini, tapi La Nyalla memilih tidak hadir, hanya mengirim surat klarifikasi. 

“Yang hadir ternyata tim La Nyalla yakni Faisal Assegaf yang cara ngomongnya memalukan, tampaknya Faisal Assegaf tidak menguasai masalah, Tubagus Danil Hidayat malah membeberkan oknum Gerindra, bukan Prabowo. "Kemarin-kemarin mereka teriak Prabowo palak La Nyalla, tadi malam mereka membelok, orang-orang yang tidak amanah dan tidak konsisten seperti itu apa didukung para ulama"? Tandas Nizar. 

Lebih jauh Nizar yang juga alumni HMI ini mengatakan, Tubagus Danil Hidayat semalam menyatakan telah menerbitkan cek sebesar Rp 70 milyar tetapi dananya belum ada, dananya ada tapi nanti bulan April. Berarti yang diserahkan itu cek kosong, padahal cek itu surat berharga.

“Cek itu alat pembayaran sah yang dananya sudah siap di rekening yang mengeluarkan cek itu. Ini sudah menyalahi undang-undang perbankan dan Peraturan Bank Indonesia. Seharusnya yang diserahkan adalah Giro yang jatuh tempo bulan April. Bukan cek kosong, kalau cek kosong itu kejahatan, masuk kategori penipuan,’ tegasnya.

Sementara Lusi Nurliana yang dihubungi terpisah melalui telepon seluler mengatakan, alumni 212 tidak ada rekomendasi untuk La Nyalla. Para ulama malah mengatakan Gerindra, PKS, PAN adalah partai yang konsisten bersama umat selama ini, partai itu yang didukung.

Gerindra, PAN, PKS adalah partai yang konsisten misalnya menolak Perpu Ormas, aktif mengadvokasi para ulama yang terkena kasus hukum dan lain-lain. Para ulama malah menghimbau umat untuk memilih ketiga partai tsb, bukan menghimbau dukung La Nyalla.

“Para ulama tau kok, pak La Nyalla jangan asal ngarang. Kalau ada ulama yang ikut mendukung La Nyalla itu pribadi ulama yangbersangkutan tapi bukan membawa-bawa nama alumni 212,” kata Lusi.

Alumni 212 itu berjuang untuk umat dan bangsa, cara pandang ulama 212 adalah ke-Indonesiaan yang universal, bukan serpihan dan personal ke La Nyalla.

“Siapa itu La Nyalla sampai alumni 212 harus mendukung? Saya yakin para ulama mengenal sosok Prabowo, mereka tidak percaya begitu saja omongan La Nyalla.” tandas perempuan asal Tegal Jawa Tengah, Pengurus Nasional RPS dan mantan Caleg DPR tahun 2014 dari partai PPP ini. [syf/tim]
Komentar

Tampilkan

Terkini