ACEH TAMIANG - Pelaksanaan
bimbingan belajar (bimbel) di SMA Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed, Kabupaten
Aceh Tamiang terkesan 'ngaco' dan kurang efektif, sehingga hal tersebut
menimbulkan kritikan dari pihak LSM yang memiliki fungsi sebagai salah satu
alat sosial kontrol dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kritikan dari pihak LSM
semakin gencar ketika pada Jum'at (29/11/2017) kemarin, Kepala Sekolah SMA
Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed, Drs Junaini, mengatakan bahwa pelaksanaan
bimbel bukanlah kehendak dari sekolah, tapi karena keinginan para orang
tua/wali siswa bersama komite.
Pernyataan dari Junaidi
bahwa dilaksanakan bimbel karena keinginan para orang tua/wali siswa bersama
komite, bukan hanya menuai hujan kritikan dari pihak LSM, tapi juga telah
menjadi bahan pergunjingan dan tertawaan publik, khususnya di Kabupaten Aceh Tamiang.
Pasalnya, berdasarkan
penjelasan yang disampaikan Ketua LSM FPRM Aceh, Nasruddin, dan Ketua LSM
GEMPUR. Mustafa Kapal kepada LintasAtjeh.com, Senin (04/12/2017) kemarin,
diduga junaidi telah berbohong. Sesungguhnya pelaksanaan bimbel pada setiap
sekolah di seluruh nusantara dicetuskan oleh pihak sekolah yang telah
bekerjasama dengan pihak pelaksana bimbel.
Dalam upaya mendapatkan
keseimbangan informasi terkait pelaksanaan bimbingan belajar (bimbel) di SMA
Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed, Selasa (05/12/2017) LintasAtjeh.com,
mengkonfirmasi pihak perwakilan Ganesha Operation (GO), bernama Roly.
Berdasarkan keterangan
dari Roly, terlaksananya pelaksanaan bimbel di SMA Negeri 2 Patra Nusa Manyak
Payed, berawal dari hubungan pertemanan dirinya dengan seorang guru di sekolah
tersebut, bernama Suprianti. Kemudian sekitar September 2017 kemarin, selaku
perwakilan dari Ganesha Operation, dirinya menawarkan pelaksanaan bimbel kepada
para siswa/i kelas XII SMA Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed.
Selanjutnya kata Roly,
dirinya beserta guru yang bernama Suprianti dan Kepala Sekolah SMA Negeri 2
Patra Nusa Manyak Payed, Drs Junaidi, membuat kesepakatan untuk melaksanakan
bimbel di sekolah tersebut, lalu menggelar acara rapat dengan orang tua/wali
siswa.
Terkait pelaksanaan bimbel
untuk sejumlah 59 siswa/i yang hanya menggunakan dua ruang kelas saja, Roly
turut menjelaskan, pada awalnya dirinya menawarkan pelaksanaan bimbel paket VIP
dengan harga Rp. 8 Juta per-siswa, namun pihak kepala sekolah meminta bimbel
yang paket murah.
Atas permintaan tersebut,
jelas Roly lagi, mereka menawarkan paket reguler dengan harga murah. Oleh
karenanya, pelaksanaan bimbel di SMA Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed hanya
menggunakan dua ruang kelas saja.
Saat ditanya tentang siapa
yang bertanggung jawab bila saat melaksanakan bimbel tidak efektif, contohnya,
pembimbing membiarkan para siswa/i tidur-tiduran di ruang kelas dan ketika para
siswa/i mengajukan pertanyaan kepada pihak pembimbing, dikabarkan kerap sekali
tidak diberikan penjelasan atau jawaban yang baik dan benar, malah tidak jarang
disuruh bahas dengan sesama siswa/i? Roly menjawab bahwa hal itu merupakan
tanggung jawab pihak pembimbing.
"Saya menyesalkan
keterangan kepala sekolah tentang pelaksanaan bimbel yang terkesan tidak
terbuka. Saya mohon perihal ini tidak diberitakan karena akan berimbas tidak
baik terhadap Ganesha Operation. Saya takut gara-gara permasalahan ini, Ganesha
Operation Kuala Simpang akan ditutup," demikian ungkap Roly.
Sementara itu ditempat
terpisah, seorang aktivis senior, Sayed Zainal M.SH, menyampaikan bahwa dirinya
merasa prihatin terhadap pelaksanaan bimbel di SMA Negeri Manyak Payed yang
terkesan kacau balau. Sayed turut mengecam sikap kepala sekolah karena
terindikasi tidak transparan, bahkan berani berbohong.
"Sebaiknya, hentikan
pelaksanaan bimbel di SMA Negeri 2 Patra Nusa Manyak Payed karena terindikasi
telah melakukan pembodohan terhadap anak bangsa. Saya berharap agar permasalahan
ini harus menjadi perhatian serius oleh pihak Dinas Pendidikan, MPD, dan juga
pihak DPRK Aceh Tamiang," tutup Sayed Zainal.[Zf]