BANDA ACEH - Hubungan dunia Melayu dengan Turkestan sudah sangat lama bahkan dalam sulalatus salatin karangan Tun Sri Lanang bahwa anak Iskandar Zulkarnain yang bernama Aristun Syah menikah ke negeri Turkistan dari keturunannyalah asal segala Raja di Melayu.
Sedangkan di Aceh hubungan dengan Turkestan tercatat sejak Sultan Ilik Khan Seljuk menjadi Sultan di Bukhara tahun 383 H, beliau Sultan di Bukhara pada Zaman Khalifah Al Qadir Billah. Anak keturunannya datang dan menyebarkan ilmu Islam ke Aceh.
Hal tersebut dikatakan Ketua LSM Peubedoh Sejarah, Adat dan Budaya Aceh (Peusaba), Mawardi kepada LintasAtjeh.com melalui pesan whatsapp mesenger, Kamis (20/07/2017).
Dijelaskannya, salah satu keturunan Sultan Ilik Khan adalah Syeikh Abdurrauf As Seljuqi dari Bagdad yang datang ke Aceh 495 H yang tak lain adalah ayahanda dari Sultan Johan Syah yang mendirikan kerajan di Gampong Pande.
"Sultan Johansyah yang menyatukan seluruh wilayah Aceh semua, Sultan Aceh berasal dari keturunannya. Sultan Ilik Khan menurut Garis nasab juga bertemu dengan nasab Sultan Iskandar Zulkarnen," terangnya.
Menimbang lamanya hubungan Aceh Turkestan yang sudah 1055 Tahun dalam tahun Hijriyah (383-1438 H), kata dia, maka Peusaba mengadakan acara peringatan Aceh Turkestan.
"Apalagi jasa sultan dari Turkestan sangat besar di Aceh. Melihat belakangan ini banyak situs yang hancur dan hilang maka Peusaba berharap dengan acara ini akan menyadarkan semua pihak agar tetap menjaga situs bersejarah di kawasan titik nol Banda Aceh yang sangat strategis," harap Mawardi.
Dengan adanya kegiatan ini juga, lanjutnya, maka adanya sebuah langkah awal dalam melindungi sejarah besar Aceh yang jika tidak dilindungi dalam tahun akan datang akan ada dalam status sangat darurat.
"Mencegah lebih baik daripada mengobati. Harapan terbesar akan KM 0 tidak menjadi titik pembuangan sampah dan tinja yang akan mempermalukan sejarah besar Aceh. Aceh sudah membuat hubungan Internasional pada masa lalu dengan berbagai negara dan titik sentralnya ada di Gampong Pande dan Gampong Jawa, maka selayaknyalah kedua tempat ini dilindungi," ajak Ketua Peusaba.[Red]