-->

YARA Soroti Dampak Pembangunan Pabrik Semen di Pidie

11 Juni, 2017, 01.46 WIB Last Updated 2017-06-11T02:44:54Z
BANDA ACEH - Pembangunan pabrik semen di Pidie dengan kapasitas 3 juta ton per tahun yang sudah masuk dalam tahap prakonstruksi masih terkendala dengan berbagai persoalan lahan. Beberapa warga Kulee menyampaikan keluhan tentang lahan mereka yang belum di berikan ganti rugi oleh perusahaan, dan warga di sekitar lahan yang akan di bangun pabrik masih mengkhawatirkan dampak dari pembangunan pabrik semen tersebut.

Hal tersebut disampaikan Safaruddin, SH, Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) kepada LintasAtjeh.com melalui pesan rilisnya, Sabtu (10/06/2017).

Safaruddin mengatakan bahwa dengan adanya pengaduan tersebut, YARA melakukan investigasi lapangan terhadap beberapa hal, dan kami menyoroti hal hal yang berdampak penting bagi pemukiman dan alam sekitarnya, dan kami juga menyoroti tentang dampak negatif terhadap bentang alam dan nilai estetika, dampak terhadap penurunan kualitas udara, dampak terhadap kebisingan, dan dampak terhadap hidrologi.    

“Dari dampak negatif terhadap bentang alam dan nilai estetika yaitu proses penambangan ini akan mempengaruhi  bentang alam di sekitarnya dari vegetasi (berbagai jenis tumbuhan dan tanaman yang menempati suatau ekosistem) berubah menjadi bentangan tanpa vegetasi, perubahan ini dampak dari penambangan bahan batu kapur dan tanah liat. Hal ini juga akan merubah nilai estetika alam dalam proses penambangan dan pasca penambangan,” terangnya.     

Dampak terhadap kualitas udara dengan penurunan kualitas udara oleh debu kederaan dan debu semen, kadar gas SO2 dan NO yang bersumber dari kegiatan pabrik dari pembakaran batu bara yang dikeluarka dari cerobong pabrik (emisi), pengantongan semen pengisian semen curah dengan kapal dan penghacuran bahan baku,” imbuhnya.     

Kemudian, lanjutnya, dampak kebisingan ini berasal dari Generator Listrik, proses penghacuran bahan baku dan penggililngan semen, selain itu tingkat getaran yang di timbulkan juga akan mempengaruhi sampai ke pemukiman, apalagi pada saat proses penggunaan bahan peledak untuk batuan yang keras dan hilir mudiknya trasportasi kenderaan pabrik yang melewati pemukiman.      

Selanjutnya, dampak terhadap hidrologi yang disebabkan oleh penggunaan air sungai Krueng Bieheu untuk keperluan industry semen. Air sungai yang debitnya relatif kecil (sekitar 100 liter/detik) apalagi pada saat musim kemarau akan semanakin menurun akan sangat berdampak dengan kebutuhan air yang akan di gunakan oleh pabrikasi semen yang kapasitas 3 juta ton/tahun dengan kebutuhan rata rata air sekitar 50-60 liter/detik. Ini akan menimbulkan permasalahan bagi masyarakat yang selama ini menggunakan kebutuhan seperti MCK dari sungai tersebut. Selain itu kualitas air tanah juga akan turut mempengaruhi dari kegiatan pabrik semen.

Untuk itu kami akan melakukan pengawasan publik dalam proses yang di adukan oleh masyarakat tersebut, dan meminta kepada Pemerintah agar melakukan pengawasan terpadu terhadap pembangunan pabrik tersebut sesuai dengan komitmen yang di sampaikan oleh Perusahaan PT Semen Indonesia Aceh dalam dokumen AMDAL terpadu, Rencana Penggelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), sehingga keberadaan pebrik semen di Pidie dapat memberikan dampat positif bagi masyarakat,” tambahnya lagi.

Kami juga akan menyurati PT Semen Indonesia agar segera menyelesaikan permasalahan lahan dengan masyarakat agar dalam oprasionalnya nanti tidak terjadi konflik dengan masyarakat disekitarnya,” tutupnya.[Rls]
Komentar

Tampilkan

Terkini