IST |
LIBURAN I'dul Fitri kali
ini tidak sedikit masyarakat kita di Aceh
memanfaatkan momentum tersebut selain sebagai sarana menyambung
silaturahim dan tidak ketinggalan juga memanfaatkan waktu untuk mengunjungi
tempat wisata dan tempat bersejarah.
Begitu juga dengan saya
yang kebetulan harus mendampingi keluarga orang tua saya yang mudik dari luar
kota. Keberadaan yang cuma 9 hari di Aceh, saya ajak bersilaturahim ke sanak
family.
Pada lebaran ke 3 dan 4,
saya ajak berwisata dan perkenalkan tempat wisata dan kemegahan daerah Aceh,
mulai dari tempat wisata Brayen, Pantai Lhoknga, Lampu'uk, Ujong Batee, Museum
Tsunami, PLTD Apung, Ulee Lee, Kuburan Masal sampai Masjid Raya berpayung.
Ada cerita menarik dan
membuat saya sendiri merasa malu dengan keluarga saya yang dari luar Aceh yaitu
mulai dari harga 3 (tiga) P** Mie Rp.28.000 yang membuat binggung, mungkin
karena belinya pake bahasa Indonesia. (Jika 28.000 dibagi 3 : maka 9.000 bukan,
10.000 pun bukan)
Kemudian soal pelayanan di
salah satu pantai wisata kami temui pemilik cafe dengan nada marah-marah dan
meminta cepet-cepet (cepat) memesan makanan/minuman dan semua harus pesan
termasuk anak-anak.
Ini membuat keluarga saya
bingung dan heran karena baru disini pengalaman baru tersebut didapat, padahal
kita juga membawa bekal tambahan seadanya.
Selain itu, mengelilingi
Aceh Besar dan Banda Aceh tidak pernah luput dari pemandangan tumpukan sampah
yang jika saya hitung tidak kurang dari belasan tempat tumpukan besar dan
berbau.
Akhirnya kemarin (Rabu, 28
Juni 2017) kami akhiri wisata kami di kemegahan 'Masjid Berpayung'. Begitu
takjub kita lihat dari luar apalagi kalau malam hari dengan lampu yang
mempesona.
Keramaian dan padatnya pengunjung
hari itu memiliki nilai yang menakjubkan bagi saya seandaianya selalu demikian.
Namun sayangnya kemegahan itu terhapus sudah dengan pemandangan kecil
pengunjung yang makan minum dan membuang sampah dalam pekarangan masjid bak
pasar-pasar diluar sana.
Itulah cerita indah saya
bersama keluarga yang menjadi hiburan tersendiri saat menikmati liburan
indahnya kota kita dan tempat wisata kita.
Saya menyadari bahwa
inilah kita.
Penulis: Sirathallah
(Warga Aceh Besar)