ACEH SELATAN - Anggota
Komite III DPD-RI Rafli Kande bersama komisioner KKR, Dr.
Fajran Zain, MA kembali menginjakkan
kakinya di bumi Manggamat Kluet Tengah untuk menghadiri acara silaturahmi yang
berlangsung di lapangan depan asrama pemuda Gampong Koto, Kemukiman Manggamat Kecamatan Kluet Tengah, Rabu Malam (29/06/2017).
Dalam kata sambutannya, Rafli
Kande mengatakan dirinya mengenang sejarah silamnya, sebelum menjadi seniman. Tempo hari dirinya pernah berkebun di Manggamat. Ia bercerita bagaimana
rintangan yang harus dilintasinya berjalan kaki dari Paya Teuk Kecamatan
Pasieraja menembus pegunungan menuju Manggamat.
"Dulu hasil
perkebunan dan pertanian di Manggamat ini sangat luar biasa," ujar Rafli.
Rafli mengaku dirinya
sedih ketika datang kesekian kalinya ke Manggamat, jalan dari Kota Fajar ke
Manggamat saja kondisinya sangat memprihatinkan. Sementara hasil alam Manggamat
terus dikuras dibawa keluar.
"Tadi tidak sengaja
saya berjumpa dengan Keuchik Gampong Simpang Dua. Saya tanyakan kepada beliau
apakah kopi Manggamat masih ada? Kalau masih saya ingin pesan kopi tersebut. Lalu
beliau menjawab tidak ada lagi sekarang," beber Rafli.
Rafli juga menyampaikan
bahwa dirinya sangat risau dengan apa yang menimpa Manggamat selama ini, dimana
hasil alam terus dikuras namun masyarakat kecil justru mendapat dapat
bencana.
"Kebijakan-kebijakan
yang merusak alam hingga menghadirkan bencana banjir, kebijakan yang tidak pro
rakyat jangan lagi dilanjutkan. Saya minta mulai dari pemerintahan pusat, gubernur terpilih Bapak Irwandi yang selama ini sangat peka dengan persoalan
lingkungan, hingga pemerintah kabupaten untuk menghentikan izin perusahaan pertambangan
di Manggamat," teriak Rafli lantang disambut tempuk tangan oleh masyarakat
yang hadir.
Sementara itu, Direktur
Aceh Institute, Dr. Fajran Zain, MA secara tegas mengatakan dimana-mana
kehadiran perusahaan pertambangan tidak membawa dampak signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat. Misalkan di Aceh Utara yang dulunya dikenal sebagai
negeri petro dolar penghasil migas, namun setelah puluhan tahun hasilnya
dikuras, masyarakat sekitar masih banyak yang hidup dalam kemiskinan, dan yang
tersisa hanyalah besi tua.
"Pertambangan hanya
memberikan keuntungan besar kepada para investor atau pengusaha, kemudian
sebagian biasanya mengalir kepada para pejabat. Sementara masyarakat justru
terkadang tak mendapat apa-apa, hanya bencana dan debu saja," terang doktor
lulusan Australia tersebut.
Meskipun pertama kalinya
menginjakkan kaki di tanah Manggamat,
Fajran mengaku prihatin dengan kondisinya.
"Tadi menuju kemari
bersama rombongan, dinda Delky mengatakan jalan rusak yang kami lewati ini juga
bagian dampak kendaraan truk perusahaan dengan beban berat yang melintasi jalan
masyarakat. Dan sejak 2012 dirinya ke Manggamat hingga detik ini pemerintah
juga belum memperbaikinya. Hal seperti ini sungguh memprihatikan, alamnya
dikuras masyarakat justeru mengalami penderitaan," ujarnya.
"Maka sudah semestinya, pemerintah menghentikan kegiatan perusahaan pertambangan dan kayu di Manggamat, serta membangun akses jalan lintas Manggamat-Kluet Utara," pungkasnya.[Rls]
"Maka sudah semestinya, pemerintah menghentikan kegiatan perusahaan pertambangan dan kayu di Manggamat, serta membangun akses jalan lintas Manggamat-Kluet Utara," pungkasnya.[Rls]