JAKARTA - Hari Lahir Pancasila
merupakan hari istimewa bagi masyarakat Indonesia, termasuk bagi Ketua Kwartir
Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault. Karena itu dalam Peringatan
Hari Lahir Pancasila ke-72 ini, Adhyaksa membawakan sebuah puisi "Rasanya
Baru Kemarin" karya Gus Mus (sapaan akrab KH. A. Mustofa Bisri).
"Peringatan
Hari Lahir Pancasila ini, saya bacakan puisi khusus karya Gus Mus," ujar
Adhyaksa Dault, dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung BRI, Jl. Jend.
Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (01/06/2017).
Adhyaksa
membacakan puisi itu dengan lantang. Ia mengepalkan tangan dan mengarahkannya
ke atas ketika mengatakan "Merdeka."
Seketika
itu juga, tepuk tangan dari tamu yang hadir bergemuruh. "Terima
kasih," ucap pria yang sudah mendaki puluhan gunung ini.
Begini
puisi yang dibacakan Adhyaksa Dault:
Rasanya
Rasanya...
Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta atas nama kita menyiarkan dengan seksama
kemerdekaan kita di hadapan dunia.
Rasanya...
Baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh dua tahun lamanya.
Pelaku-pelaku
sejarah yang nista dan mulia sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya sudah
banyak yang berkuasa dan menjadi pengusaha. Tokoh-tokoh pujaan maupun tokoh-tokoh
cercaan bangsa sudah banyak yang turun tahta.
Rasanya...
Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.
Petinggi-petinggi
yang dulu suka korupsi sudah banyak yang meneriakkan reformasi.
Tanpa
merasa risi, rasanya baru kemarin rakyat yang selama ini terdaulat sudah
semakin pintar mendaulat. Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat
dan dilaknat.
Rasanya
baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh dua tahun lamanya. Pembangunan jiwa
masih tak kunjung tersentuh. Padahal pembangunan badan yang kemarin
dibangga-banggakan sudah mulai runtuh. Daging yang selama ini terus dimanjakan
kini sudah mulai kalap mengerikan. Ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya.
Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan para penguasa berlaku sewenang-wenang
kini sudah pandai menirukan.
Rasanya...
Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.
Pahlawan-pahlawan
idola bangsa, seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Sisingamangraja
sudah dikalahkan oleh Sinchan, Baja Hitam dan Kura-kura Ninja dan artis idola.
Rasanya
Baru kemarin. Tokoh-tokoh angkatan empat lima sudah banyak yang koma. Tokoh-tokoh
angkatan enam-enam sudah banyak yang terbenam. Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya
sudah banyak yang tak jelas maunya.
Rasanya...
Baru kemarin. Negeri zamrud khatulistiwaku yang manis. Sudah terbakar nyaris
habis. Dilalap krisis dan anarkis. Mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban. Mereka yang kemarin mencuri
kekayaan negeri sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri.
Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan banyak yang tak rela
sendiri kesulitan.
Rasanya
baru kemarin. Ternyata sudah tujuh puluh dua tahun kita Merdeka. Ingin rasanya
aku sekali menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa: Merdeka!!!!![Rls]