LANGSA –
Intan Monika (7), anak keempat dari pasangan Muhammad Nur (48) dan Suryati
(42), warga Gang Nasional Desa Blang Seunibong, Dusun Suka Damai, Kota Langsa harus
putus sekolah akibat ketidakmampuan orang tuanya untuk membiayai pendidikan.
Suryati saat ditemui LintasAtjeh.com, Rabu (03/05/2017), di kediamannya mengatakan anaknya selalu meminta untuk diantarkan ke sekolah. Namun karena kami saja yang belum mampu untuk menyekolahkan
dia.
"Bagaimana kami
sanggup sekolahkan Intan Monika, terkadang untuk biaya kehidupan sehari-hari
pun tidak mencukupi. Apalagi selama ini ayahnya mengalami penyakit asma kronis
bahkan sering keluar masuk Rumah Sakit Umum Kota Langsa," terangnya.
Lanjutnya, demi memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari, Muhammad Nur terpaksa keluar dari rumah dan
mencarikan nafkah sebagai pekerja mocok-mocok (serabutan). Bahkan, terkadang dirinya sama
sekali tidak membuahkan hasil dari jerih payah yang telah diusahakan.
"Meskipun biaya
kehidupan sehari-hari kurang memadai, artinya kami harus makan apa adanya di
rumah, tapi bagaimana nasib anak saya yang selama ini sangat berminat untuk
mengejar dunia pendidikan tersebut, Subhanallah!” ungkapnya dengan berlinang
air mata.
Menyikapi adanya
masyarakat yang tidak mampu dan berminat untuk sekolah, Ketua Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Gempala, Zulfadli, S.Sos, I, kepada LintasAtjeh.com mengatakan
sudah sewajibnya pihak Pemko Langsa harus menelusuri keberadaan masyarakat yang
dibawah garis kemiskinan di Kota Langsa.
"Pendidikan adalah salah satu program yang diperhatikan khusus pemerintah
bahkan telah tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945," tegasnya.[Mahfud]