-->

Sekolah Tanpa Pohon

27 April, 2017, 16.39 WIB Last Updated 2017-04-27T09:39:33Z

Sebuah Catatan Kaki dalam Rangka Memperingati Hari Bumi

Oleh : Izuddin Idris

Judul di atas bukan sebuah judul rekaan penulis semata, melainkan memang sebuah realita. Ada sebuah Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas di Kabupaten Aceh Tamiang yang pantas menyandang status sesuai judul di atas. Sekolah menegah milik pemerintah ini telah berdiri sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, memiliki ratusan siswa, dan telah beberapa kali meluluskan siswa dalam jumlah yang lumayan banyak.

Sekilas terlihat sekolah tersebut tidak ada bedanya dengan sekolah lainnya, yaitu sebuah sekolah yang megah dengan luas sekitar dua hektar dengan puluhan kelas bertingkat. Yang membuat sekolah ini terkesan unik bagi penulis adalah, di pekarangan sekolah yang sangat luas itu nyaris tak ditemui sebatang pohonpun.

Sepanjang mata memandang, yang terlihat hanyalah sebatang pohon mangga setinggi 2 meter, sebatang pohon jenis palem dan beberapa pot bunga di depan kelas dan kantor. Selebihnya, hanyalah sebuah hamparan lahan terbuka yang ditumbuhi rumput, yang menjadi lokasi aktifitas para siswa sehari-hari. Artinya, sejak sekolah tersebut dioperasikan, tak satu batang pohonpun yang ditanam.

Padahal, secara hitungan sederhana, jika satu siswa menanam satu pohon, maka saat ini ada ratusan pohon yang tumbuh diseputar sekolah dan membuat sekolah tersebut terlihat rindang, teduh, nyaman dan asri, tidak gersang seperti keadaan saat ini.

Tulisan ini tidak ditujukan untuk menganalisa sebab dan latar belakang mengapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan puluhan guru serta staf yang bertugas di sekolah tersebut selama bertahun-tahun bisa mengidap “penyakit lupa secara berjamaah” untuk sekedar berinisiasi menanam beberapa batang pohon untuk keindahan dan kenyamanan sekolah mereka.

Tulisan ini dibuat hanya sekedar memberikan sebuah catatan kecil bagi kita semua dengan mengambil momentum hari bumi, bahwa dalam upaya untuk menyelamatkan hari esok bumi kita, dunia pendidikan sudah sepantasnya menjadi pioner terdepan melalui sebuah penyadaran sejak dini tentang pentingnya memelihara kelestarian alam, misalnya dengan menanam pohon, sebagai salah satu komponen dalam pendidikan lingkungan hidup.

Secara defenisi, pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. (UNESCO, Deklarasi Tbilisi, 1977 dalam www.wikipedia.org).

Sebenarnya sudah sejak lama pendidikan lingkungan sudah menjadi komponen penting dari kurikulum sekolah di negeri ini, sejak dari pendidikan dasar, menegah hingga pendidikan tinggi. Dan untuk konteks Indonesia, dalam upaya meningkatkan peran dunia pendidikan terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan, pemerintah telah meluncurkan banyak program.

Mungkin kita pernah mendengar beberapa istilah seperti misalnya program pendidikan berkelanjutan, program kurikulum berbasis lingkungan, program green school, program sekolah adiwiyata dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang lingkungan dan upaya menanamkan pemahaman dan kesadaran siswa tentang peran dan manfaat lingkungan sesungguhnya sangatlah penting dan wajib diajarkan sejak tingkat pendidikan yang paling rendah.

Dan salah satu langkah awal yang sebenarnya paling sederhana dan murah yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan sekolah yang asri dengan melakukan penghijauan di lingkungan sekolah. Program penghijauan disekolah dapat diterapkan oleh para guru dan para siswa. Dan tugas para guru adalah meyakinkan para siswa dampak positif dan negatifnya apabila melakukan penghijauan.

Dalam banyak tulisan ilmiah, disebutkan bahwa lingkungan sekolah yang kondusif sangat diperlukan dalam menghasilkan tamatan yang cakap melalui proses belajar mengajar berbasis sistem pendidikan yang bermutu. Tidak itu saja, lingkungan sekolah yang kondusif juga akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup berkualitas sekaligus melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati.

Kondisi lingkungan yang kondusif sangat dibutuhkan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Dengan kondisi lingkungan yang kondusif, proses transfer pengetahuan di dalam kegiatan belajar mengajar dipastikan akan berjalan dengan mulus. Bila kondisi lingkungan tidak kondusif, persoalan dalam kegiatan belajar mengajar dipastikan akan muncul. Bisa muncul dari guru, murid ataupun lingkungan sekitar.

Bila ini terjadi, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan semestinya. Lingkungan sekolah yang kondusif sangat di perlukan dalam menghasilkan proses belajar yang nyaman. Lingkungan sekolah yang kondusif akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup bermutu yang saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan produktifitas pendidikan.

Salah satu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh besar terhadap kegiatan belajar mengajar adalah udara. Melalui udara, kegiatan belajar mengajar dapat bergerak pada arah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Kondisi udara sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah.  Ada kemungkinan, sebagian besar pelaku kegiatan belajar mengajar cenderung menyepelekan fungsi udara yang bersirkulasi di sekolahnya.

Inilah kemungkinan yang menjadi sebab mengapa ada sebagian sekolah memandang remeh akan pentingnya penghijauan di lingkungan sekolahnya. Secara ilmiah, udara yang bersih dan banyak mengandung oksigen dapat meningkatkan kinerja tubuh dan otak manusia.

Dengan limpahan oksigen yang diterima tubuh dari lingkungannya, yang akan menghasilkan energi untuk sel tubuh. Bila energi dalam sel baik, tubuh dan otak akan berada dalam keadaan baik pula. Jika tubuh dan otak dalam keadaan baik, maka kegiatan belajar mengajar pun akan jauh lebih baik.

Apa yang paling dibutuhkan oleh lingkungan sekolah agar tercipta kondisi udara yang banyak mengandung oksigen dan terbebas dari polusi udara, sehingga dapat menciptakan kondisi kondusif bagi kegiatan belajar mengajar? jawabannya adalah pohon.

Pohon adalah sumber kehidupan di muka bumi. Peran pohon sangat vital, karena pohon menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Selain menghasilkan oksigen, pohon pun mampu menyerap karbon yang tidak dibutuhkan oleh manusia. Polusi udara pun dapat teratasi apabila ada begitu banyak pohon di lingkungan kita.

Oleh sebab itu, pohon harus ditempatkan sebagai salah satu faktor penting di lingkungan sekolah. Pohon harus dipandang sebagai salah satu faktor penentu kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Dengan kehadiran pohon yang cukup banyak di lingkungan sekolah, dipastikan kinerja tubuh dan otak para pelaku kegiatan belajar mengajar menjadi maksimal.

Dari uraian di atas, jelaslah bagi kita bahwa posisi pohon merupakan salah satu faktor penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka sudah saatnya sekolah dan para pelaku di dalamnya, untuk lebih memprioritaskan kehadiran pohon di lingkungan sekolah. Sudah saatnya bagi sekolah dan lembaga pendidikan untuk lebih mengedepankan kehadiran pohon-pohon menyehatkan, disamping bangunan megah serta fasilitas pendukung yang lengkap.

Fakta tentang adanya sekolah tanpa pohon seperti judul tulisan di atas adalah sebuah realita menyedihkan, bahwa di tengah upaya pemerintah  dan masyarakat dunia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim global yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, masih ada lembaga pendidikan kita yang tidak memiliki empati dan inisiatif mengambil peran itu.  Selamat Hari Bumi. Save Our Tomorrow.

*) Penulis adalah Manager Program LSM KEMPRa, tinggal di Kualasimpang, Aceh Tamiang. Email : kotalintang7768@gmail.com, Facebook : Izuddin Idris
Komentar

Tampilkan

Terkini