Sebuah Catatan Kaki dalam
Rangka Memperingati Hari Bumi
Oleh : Izuddin Idris
Judul di atas bukan sebuah
judul rekaan penulis semata, melainkan memang sebuah realita. Ada sebuah
Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas di Kabupaten Aceh Tamiang yang pantas
menyandang status sesuai judul di atas. Sekolah menegah milik pemerintah ini
telah berdiri sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, memiliki ratusan siswa, dan
telah beberapa kali meluluskan siswa dalam jumlah yang lumayan banyak.
Sekilas terlihat sekolah
tersebut tidak ada bedanya dengan sekolah lainnya, yaitu sebuah sekolah yang
megah dengan luas sekitar dua hektar dengan puluhan kelas bertingkat. Yang
membuat sekolah ini terkesan unik bagi penulis adalah, di pekarangan sekolah
yang sangat luas itu nyaris tak ditemui sebatang pohonpun.
Sepanjang mata memandang,
yang terlihat hanyalah sebatang pohon mangga setinggi 2 meter, sebatang pohon
jenis palem dan beberapa pot bunga di depan kelas dan kantor. Selebihnya,
hanyalah sebuah hamparan lahan terbuka yang ditumbuhi rumput, yang menjadi
lokasi aktifitas para siswa sehari-hari. Artinya, sejak sekolah tersebut
dioperasikan, tak satu batang pohonpun yang ditanam.
Padahal, secara hitungan
sederhana, jika satu siswa menanam satu pohon, maka saat ini ada ratusan pohon
yang tumbuh diseputar sekolah dan membuat sekolah tersebut terlihat rindang,
teduh, nyaman dan asri, tidak gersang seperti keadaan saat ini.
Tulisan ini tidak
ditujukan untuk menganalisa sebab dan latar belakang mengapa kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan puluhan guru serta staf yang bertugas di sekolah
tersebut selama bertahun-tahun bisa mengidap “penyakit lupa secara berjamaah”
untuk sekedar berinisiasi menanam beberapa batang pohon untuk keindahan dan
kenyamanan sekolah mereka.
Tulisan ini dibuat hanya
sekedar memberikan sebuah catatan kecil bagi kita semua dengan mengambil
momentum hari bumi, bahwa dalam upaya untuk menyelamatkan hari esok bumi kita,
dunia pendidikan sudah sepantasnya menjadi pioner terdepan melalui sebuah
penyadaran sejak dini tentang pentingnya memelihara kelestarian alam, misalnya
dengan menanam pohon, sebagai salah satu komponen dalam pendidikan lingkungan
hidup.
Secara defenisi,
pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi
manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan)
dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk
bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat
memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah
baru. (UNESCO, Deklarasi Tbilisi, 1977 dalam www.wikipedia.org).
Sebenarnya sudah sejak
lama pendidikan lingkungan sudah menjadi komponen penting dari kurikulum
sekolah di negeri ini, sejak dari pendidikan dasar, menegah hingga pendidikan
tinggi. Dan untuk konteks Indonesia, dalam upaya meningkatkan peran dunia
pendidikan terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan, pemerintah telah
meluncurkan banyak program.
Mungkin kita pernah
mendengar beberapa istilah seperti misalnya program pendidikan berkelanjutan,
program kurikulum berbasis lingkungan, program green school, program sekolah
adiwiyata dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang
lingkungan dan upaya menanamkan pemahaman dan kesadaran siswa tentang peran dan
manfaat lingkungan sesungguhnya sangatlah penting dan wajib diajarkan sejak
tingkat pendidikan yang paling rendah.
Dan salah satu langkah
awal yang sebenarnya paling sederhana dan murah yang dapat dilakukan adalah
menciptakan lingkungan sekolah yang asri dengan melakukan penghijauan di
lingkungan sekolah. Program penghijauan disekolah dapat diterapkan oleh para
guru dan para siswa. Dan tugas para guru adalah meyakinkan para siswa dampak
positif dan negatifnya apabila melakukan penghijauan.
Dalam banyak tulisan
ilmiah, disebutkan bahwa lingkungan sekolah yang kondusif sangat diperlukan
dalam menghasilkan tamatan yang cakap melalui proses belajar mengajar berbasis
sistem pendidikan yang bermutu. Tidak itu saja, lingkungan sekolah yang
kondusif juga akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup berkualitas sekaligus
melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati.
Kondisi lingkungan yang
kondusif sangat dibutuhkan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik. Dengan kondisi lingkungan yang kondusif, proses transfer
pengetahuan di dalam kegiatan belajar mengajar dipastikan akan berjalan dengan
mulus. Bila kondisi lingkungan tidak kondusif, persoalan dalam kegiatan belajar
mengajar dipastikan akan muncul. Bisa muncul dari guru, murid ataupun
lingkungan sekitar.
Bila ini terjadi, kegiatan
belajar mengajar tidak akan berjalan semestinya. Lingkungan sekolah yang
kondusif sangat di perlukan dalam menghasilkan proses belajar yang nyaman.
Lingkungan sekolah yang kondusif akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup
bermutu yang saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan produktifitas
pendidikan.
Salah satu kondisi
lingkungan yang sangat berpengaruh besar terhadap kegiatan belajar mengajar
adalah udara. Melalui udara, kegiatan belajar mengajar dapat bergerak pada arah
yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Kondisi udara sangat berpengaruh
terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Ada kemungkinan, sebagian besar pelaku
kegiatan belajar mengajar cenderung menyepelekan fungsi udara yang bersirkulasi
di sekolahnya.
Inilah kemungkinan yang menjadi
sebab mengapa ada sebagian sekolah memandang remeh akan pentingnya penghijauan
di lingkungan sekolahnya. Secara ilmiah, udara yang bersih dan banyak
mengandung oksigen dapat meningkatkan kinerja tubuh dan otak manusia.
Dengan limpahan oksigen
yang diterima tubuh dari lingkungannya, yang akan menghasilkan energi untuk sel
tubuh. Bila energi dalam sel baik, tubuh dan otak akan berada dalam keadaan
baik pula. Jika tubuh dan otak dalam keadaan baik, maka kegiatan belajar
mengajar pun akan jauh lebih baik.
Apa yang paling dibutuhkan
oleh lingkungan sekolah agar tercipta kondisi udara yang banyak mengandung
oksigen dan terbebas dari polusi udara, sehingga dapat menciptakan kondisi
kondusif bagi kegiatan belajar mengajar? jawabannya adalah pohon.
Pohon adalah sumber
kehidupan di muka bumi. Peran pohon sangat vital, karena pohon menghasilkan
oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Selain menghasilkan oksigen, pohon pun
mampu menyerap karbon yang tidak dibutuhkan oleh manusia. Polusi udara pun
dapat teratasi apabila ada begitu banyak pohon di lingkungan kita.
Oleh sebab itu, pohon
harus ditempatkan sebagai salah satu faktor penting di lingkungan sekolah.
Pohon harus dipandang sebagai salah satu faktor penentu kegiatan belajar
mengajar yang kondusif. Dengan kehadiran pohon yang cukup banyak di lingkungan
sekolah, dipastikan kinerja tubuh dan otak para pelaku kegiatan belajar
mengajar menjadi maksimal.
Dari uraian di atas,
jelaslah bagi kita bahwa posisi pohon merupakan salah satu faktor penting dalam
proses kegiatan belajar mengajar, maka sudah saatnya sekolah dan para pelaku di
dalamnya, untuk lebih memprioritaskan kehadiran pohon di lingkungan sekolah.
Sudah saatnya bagi sekolah dan lembaga pendidikan untuk lebih mengedepankan
kehadiran pohon-pohon menyehatkan, disamping bangunan megah serta fasilitas
pendukung yang lengkap.
Fakta tentang adanya
sekolah tanpa pohon seperti judul tulisan di atas adalah sebuah realita
menyedihkan, bahwa di tengah upaya pemerintah
dan masyarakat dunia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
perubahan iklim global yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, masih ada
lembaga pendidikan kita yang tidak memiliki empati dan inisiatif mengambil
peran itu. Selamat Hari Bumi. Save Our
Tomorrow.
*) Penulis adalah Manager
Program LSM KEMPRa, tinggal di Kualasimpang, Aceh Tamiang. Email :
kotalintang7768@gmail.com, Facebook : Izuddin Idris