-->

Sakura di Wuhan University Peninggalan “Ras Jepang”

09 April, 2017, 10.45 WIB Last Updated 2017-04-10T01:30:18Z

WUHAN University adalah salah satu kampus bergengsi di negeri tirai bambu. Tak heran di kampus ini menjadi andalan destinasi wisata di hari libur dari segi arsitek bangunan, sejarah dan area taman. Apalagi di setiap musim semi, kampus Wuhan University menjadi destinasi wisata terfavorit di Kota Wuhan yang sangat populer dengan bunga sakura yang biasanya berkembang dan mekar di setiap akhir bulan Maret.
 
Pada tahun 1930 Jepang mulai masuk ke Kota Wuhan yang mendapatkan proyek luar biasa di wilayah bukit Wuchang Loujia yang berdekatan dengan kampus Wuhan University. Proyek itupun berlanjut hingga perluasan area Kampus Wuhan University yang pada saat itu hanya memiliki beberapa fakultas. Secara bertahap area kampus ini dibentuk penghijauan di bagian fakultas dan perpustakaan tua, hingga pada akhirnya bukit Wuchang Loijia dan Wuhan University menjadi hutan hijau yang indah.

Pada musim semi tahun 1937, para pekerja Jepang sangat bahagia dengan mulainya berkembang bunga sakura di area kampus Wuhan University. Awalnya mereka hanya mencoba menanam bibit Sakura dalam rangka untuk meringankan kerinduan dari kampung halaman dan memulihkan cidera sejumlah para pekerja Jepang yang tinggal di Wuhan. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan area kampus Wuhan University dan bukit Wuchang Luojia menjadi area pertama sakura dari Jepang.

Sekitar tahun 1946, seiring para pekerja Jepang meninggalkan negara Tiongkok, banyak cerita yang ditinggalkan dalam bentuk positif dan negatif. Tak ketinggalan, bunga sakura pun menjadi bahan peninggalan yang menjadi isu pro dan kontra pada saat itu. Ada sebagian penduduk Tiongkok menganggap bunga sakura itu sebagai lambang penjajahan dan simbol penghinaan nasional dari Jepang. Namun, pihak kampus Wuhan University menolak untuk menebang dan mempertahankan semua pohon sakura peninggalan Jepang. Karena, pemikiran para akademik kampus akan merawatnya dan menjadi simbol kedamaian antara kedua negara. Hingga tahun 2017, bunga sakura ini masih dirawat dengan sebaik mungkin dan menjadikan sakura sebagai spot destinasi favorit kampus Wuhan University.

Awalnya, bunga sakura yang ditanam sekitar kampus adalah akhir dari jejak perang selama 30 tahun, dan kali ini ditetapkan sebagai simbol perdamaian dan persahabatan kekuatan tidak lagi tanda penghinaan. Pada tahun 1972, diresmikan oleh kedua pihak dengan hubungan diplomatik. Maret 1973, departemen terkait dari Jepang resmi memberikan cherry liar atau sakura hijau kulit kepada Pemerintah China dengan produksi jumlah besar. Wuhan University mendapatkan tambahan bibit sakura sebanyak 200 batang yang ditanam di kaki bukit utara Luojia.

Saat ini, Wuhan University bekerjasama dengan kampus di Kyoto University Jepang yang juga dikenal "sakura sutra” dari segala aspek perawatan bunga sakura. Hingga sekarang terus bertambah jumlah varietas sakura baru, terutama sakura Jepang seperti sakura liar, sakura daun besar dan sakura merah pot bunga dan banyak jenis sakura lainnya.

Untuk meningkatkan keindahan, pihak kampus Wuhan University rela memberikan upah yang lebih untuk para pengasuh area taman bunga sakura ini. Padahal bunga sakura bersemi setahun sekali selama 3-4 minggu, namun para pengasuh bunga sakura bekerja tiada henti setiap bulan dengan melakukan perawatan yang special.

Beberapa tahun terakhir, pihak kampus dengan sungguh-sungguh mempromosikan wisata festival musim semi di Wuhan Universtity dan dibuktikan dengan bertambahnya pengunjung tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. Tak tanggung-tanggung festival musim semi yang sudah berjalan 3 minggu ini mendatangkan 8.000 pengunjung. Data tersebut sangat mudah kita dapatkan, karena setiap pengunjung harus mendaftar di website yang tersedia. Hingga saat ini bunga sakura masih menjadi ikon kampus Wuhan University.

Penulis: Mulia Mardi (Mahasiswa Master Wuhan University, pernah aktif di KTM Rongsokan dan Rumoh Budaya Jakarta)
Komentar

Tampilkan

Terkini