ACEH SELATAN - Masyarakat Desa
Siurai-urai dan Koto Indarung sejak tahun 2014 harus menelan pil pahit,
dikarenakan akses jalan satu-satunya hilang terkena abrasi Sungai Kluet Tengah,
Kabupaten Aceh Selatan.
Masyarakat juga harus
menerima kenyataan, kehidupannya lebih susah dikarenakan sulitnya transportasi.
Karena selama ini perekonomian masyarakat setempat ditopang dari hasil bumi
terutama dari sektor pertanian dan perkebunan. Namun dengan putusnya akses
jalan tersebut, otomatis berimbas ke semua sektor kehidupan.
Hal tersebut disampaikan Ali (37),
salah satu warga Desa Siurai-urai saat LintasAtjeh.com bermaksud mengunjungi
lokasi abrasi jalan lintas menuju desa setempat, Sabtu (29/04/2017).
Kata dia, kami masyarakat
Desa Siurai-urai dan Koto Indarung sangat susah dengan putusnya jalan utama ke desa
kami. Padahal sebelum jalan tersebut hilang terkikis arus Sungai Kluet, kehidupan
kami sama seperti daerah lain.
“Dulu kami serba mudah bepergian
ke Manggamat atau ke Kota Fajar untuk membawa hasil bumi seperti sawit, kemiri,
pinang, atau jagung, padi dan hasil palawija lainnya. Listrik dan air bersih
pun sudah bisa kami nikmati, tapi sekarang bapak lihat sendiri kondisinya?”
tanya Ali sembari menunjuk lokasi jalan yang putus.
Dijelaskannya, setelah
jalan utama putus dan hilang menjadi sungai, hanya jalan ini satu-satunya yang
menghubungkan ke Desa Siurai-urai dan Koto Indarung.
“Kita mesti hati-hati lewat
jalan ini, apalagi setelah hujan karena beberapa waktu lalu ada yang jatuh
meski tidak parah. Terkadang masyarakat harus meninggalkan sepeda motornya disitu
karena demi keamanan kalau susah dilewati jalannya. Kami berharap kepada
pemerintah bisa secepatnya untuk mengatasi masalah ini,” terang Ali.
Hal senada juga disampaikan
warga desa yang lain, Mustaqim (57), bahwasanya jalan yang rusak semakin hari semakin parah karena air sungai terus menggerus
badan jalan bahkan sangat rawan bagi masyarakat.
“Bupati sudah sering
dilaporkan tapi tidak ada tanggapan. Camat sini aja tidak datang, kampung sudah
habis baru datang, untuk apa?” ujarnya
sembari bertanya.
Untuk itu, kata dia, kita
minta jalannya diperbaiki. Tapi, katanya dana darurat saja sudah habis. Kalau tidak diperbaiki,
kasihan anak sekolah terlantar, bahkan sering terlambat apalagi kalau cuaca
hujan, gurunya sering tidak datang.
“Jadi tolonglah dibangun
jalan ini, jangan buat sengsara rakyat. Kalau cuma kasih bantuan beras satu
bambu buat apa? Kalau harus kehilangan kampung,” keluh Mustaqim.[Red]