-->

Kata Keuchik Cut Min Soal ‘Jalan Maut’ Siurai-urai dan Koto Indarung

30 April, 2017, 08.55 WIB Last Updated 2017-04-30T01:55:23Z

ACEH SELATAN - Jalan utama menuju Desa Siurai-urai dan Koto Indarung, Kecamatan Kluet Tengah, terputus sejak 2 tahun terakhir. Saat ini masyarakat dua desa tersebut hanya menggunakan satu akses jalan ‘maut’ di pinggir gunung tepat di bibir Sungai Kluet selain akses jalur sungai dengan menggunakan perahu mesin tempel.

Amatan LintasAtjeh.com, PPWI dan Aceh Selatan News, Sabtu (29/04/2017), langsung dari lokasi, bukan hanya berbahaya, jalan di bibir sungai itu siap menelan korban setiap saat karena abrasi yang terus menggerus. Selain jalan amblas, pengguna sepeda motor dari kedua desa itu harus ektra hati-hati apalagi saat kondisi setelah hujan, salah sedikit bisa terjungkal, jatuh dan hanyut terbawa derasnya arus Sungai Kluet.

Keuchik Siurai-urai, Cut Min saat ditemui tim mengatakan cerita abrasi ini sudah lama. Sebenarnya penduduk sini, Siurai-urai dan Koto Indarung banyak, mungkin mencapai ribuan tapi karena selalu dilanda abrasi maka masyarakat selalu pindah-pindah.

“Pindah keluar, kalau harta masyarakan tidak dikera (hitung) lagi karena sudah banyak hilang (terdampak abrasi). Apalagi tahun 2015 sampai 2016, rumah penduduk, masjid-masjid dah habis di Indarung yang belakang-belakang. Kalau di Siurai-urai ini rumah yang hilang sudah 10 sesuai data tapi untuk satu rumah belum dikirim datanya,” jelasnya.

Bahkan pihak pemerintah gampong, kata Keuchik Cut Min, sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah kabupaten Aceh Selatan baik melalui Camat Kluet Tengah maupun kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sebenarnya, permasalahan ini bukan hanya dilaporkan tapi bupati pun sudah melihat langsung dan camat pun kemarin masuk kesini. Tapi yang jadi kendala, mereka mengatakan yang dipikirkan mobil  belum bisa masuk.

“Kalau jalan tidak saya pikirkan, tapi penyebab jalan ini begini kejadiannya kenapa? Sungai ini dulu, jangan jalan dulu, jalan itu dengan sendirinya mudah,” kata Keuchik Siurai-urai.

Dijelaskannya, kemarin sudah ada solusi dari provinsi dan dimintanya batu gajah. Kami sudah tunjukkan tapi ternyata tidak cukup, sudah tidak cukup malah mereka salah taruh akhirnya rumah penduduk habis pas air besar.

“Gara-gara salah taruh, nggak pas batu gajahnya habis rumah penduduk. Ya sudah! Untuk itu, harapan masyarakat kita, pemerintah bisa menanggapi dua desa ini. Kami akan tetap mengadukan permasalahan ini kepada pimpinan yang atas agar ada solusi,” demikian Keuchik Cut Min.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini