ACEH
SELATAN - Jalan utama menuju Desa Siurai-urai dan Koto
Indarung, Kecamatan Kluet Tengah, terputus sejak 2 tahun terakhir. Saat ini
masyarakat dua desa tersebut hanya menggunakan satu akses jalan ‘maut’ di
pinggir gunung tepat di bibir Sungai Kluet selain akses jalur sungai dengan
menggunakan perahu mesin tempel.
Amatan LintasAtjeh.com,
PPWI dan Aceh Selatan News, Sabtu (29/04/2017), langsung dari lokasi, bukan hanya
berbahaya, jalan di bibir sungai itu siap menelan korban setiap saat karena
abrasi yang terus menggerus. Selain jalan amblas, pengguna sepeda motor dari
kedua desa itu harus ektra hati-hati apalagi saat kondisi setelah hujan, salah
sedikit bisa terjungkal, jatuh dan hanyut terbawa derasnya arus Sungai Kluet.
Keuchik Siurai-urai, Cut
Min saat ditemui tim mengatakan cerita abrasi ini sudah lama. Sebenarnya
penduduk sini, Siurai-urai dan Koto Indarung banyak, mungkin mencapai ribuan
tapi karena selalu dilanda abrasi maka masyarakat selalu pindah-pindah.
“Pindah keluar, kalau
harta masyarakan tidak dikera (hitung) lagi karena sudah banyak hilang
(terdampak abrasi). Apalagi tahun 2015 sampai 2016, rumah penduduk,
masjid-masjid dah habis di Indarung yang belakang-belakang. Kalau di
Siurai-urai ini rumah yang hilang sudah 10 sesuai data tapi untuk satu rumah
belum dikirim datanya,” jelasnya.
Bahkan pihak pemerintah gampong,
kata Keuchik Cut Min, sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah
kabupaten Aceh Selatan baik melalui Camat Kluet Tengah maupun kepada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sebenarnya, permasalahan ini bukan hanya
dilaporkan tapi bupati pun sudah melihat langsung dan camat pun kemarin masuk
kesini. Tapi yang jadi kendala, mereka mengatakan yang dipikirkan mobil belum bisa masuk.
“Kalau jalan tidak saya
pikirkan, tapi penyebab jalan ini begini kejadiannya kenapa? Sungai ini dulu,
jangan jalan dulu, jalan itu dengan sendirinya mudah,” kata Keuchik
Siurai-urai.
Dijelaskannya, kemarin
sudah ada solusi dari provinsi dan dimintanya batu gajah. Kami sudah tunjukkan
tapi ternyata tidak cukup, sudah tidak cukup malah mereka salah taruh akhirnya rumah
penduduk habis pas air besar.
“Gara-gara salah taruh,
nggak pas batu gajahnya habis rumah penduduk. Ya sudah! Untuk itu, harapan
masyarakat kita, pemerintah bisa menanggapi dua desa ini. Kami akan tetap
mengadukan permasalahan ini kepada pimpinan yang atas agar ada solusi,”
demikian Keuchik Cut Min.[Red]