ACEH
SELATAN - Lokasi abrasi yang memutuskan dan ‘menghilangkan’
sebagain Desa Siurai-urai dan Koto Indarung sangat merugikan masyarakat kedua
desa tersebut. Apalagi jalan darat satu-satunya juga sangat rawan amblas dan
bisa merenggut korban jiwa kapan saja.
Merespon pemberitaan
lokasi tersebut, salah satu anggota DPRK Aceh Selatan dari Fraksi Partai Aceh,
Mustaruddin turun gelanggang menginisiasi gerakan gotong royong untuk
memperbaiki jalan lintas di pinggir gunung, Minggu (30/04/2017).
Anggota dewan dari komisi D
tersebut langsung berbaur dengan masyarakat dua desa untuk meratakan tanah
serta mengikis dinding tebing dengan cangkul.
“Ini sebagai bentuk
partisipasi dengan melaksanakan gotong royong. Apalagi jalan ini kondisinya
sudah rawan, makanya kita coba perbaiki secara manual sembari menunggu
perbaikan dari pemerintah daerah,” demikian ujar Mustaruddin saat dihubungi
LintasAtjeh.com melalui sambungan selularnya.
Kata dia, sebenarnya
aspirasi masyarakat dua desa yang terimbas abrasi sudah kita sampaikan untuk
mendapatkan penanganannya dari pemerintah daerah.
“Sudah kita sampaikan kepada
pemerintah, baik melalui BPBD maupun dinas terkait lainnya termasuk kita sampaikan
saat pemandangan umum di DPRK Aceh Selatan,” ujar anggota Fraksi Partai Aceh
ini.
“Kita harapkan, kalaupun anggaran
daerah tidak cukup, apa salahnya kalau keluhan warga Desa Siurai-urai dan Koto
Indarung disampaikan ke Pemerintah Aceh atau Pemerintah Pusat agar cepat
penanganannya. Kalau berlarut-larut dikhawatirkan akan semakin terisolir kedua
desa tersebut, justru akan sangat merugikan karena ongkos penanganannya akan
lebih besar lagi,” demikian tutup Mustaruddin.
Sebelumnya, Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Ir. Sufli
kepada LintasAtjeh.com mengatakan dirinya sudah memerintahkan anggotanya untuk
melakukan pengecekan ke lokasi abrasi di Gampong Siurai-Urai dan Koto Indarung,
Kecamatan Kluet Tengah.
“Sudah ada anggota kita
yang di lapangan, nanti akan segera kita turunkan alat berat untuk membuka
jalan baru agar kembali bisa dilalui masyarakat Desa Siurai-urai dan Indarung,”
demikian jelas Ir. Sufli.[Red]