Wilson Lalengke saat silaturrahmi dengan Pangdam Jaya Mayjend TNI Agus Sutomo |
ACEH
SELATAN - Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) sangat
menyayangkan dan mengecam perilaku barbar atas kejadian pengancaman wartawan di Aceh Selatan
oleh oknum kontraktor.
“Ancaman bagi jurnalis
dari berbagai pihak yang merasa ‘terancam’ eksistensinya akibat pemberitaan
akan selalu ada, mengintai para wartawan. Bentuk dan jenis ancaman
bermacam-macam, mulai dari yang halus hingga kasar, dari yang sekedar kata
hingga aksi anarkis dan pembunuhan. Oleh karena itu, jurnalis mesti selalu
waspada setiap saat dimanapun berada dalam kondisi apapun juga,” demikian disampaikan
Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, kepada LintasAtjeh.com
melalui pesan Whatsapp mesenger, Minggu (26/03/2017)
“Terkait dengan substansi
kejadian pengancaman wartawan di Aceh Selatan oleh oknum kontraktor, PPWI
sangat menyayangkan perilaku barbar sang oknum tersebut. Yang bersangkutan
harus memahami bahwa dana yang digunakan untuk membangun gedung sekolah itu
adalah uang rakyat, sehingga menjadi hak penuh masyarakat untuk terus mengawasi
dan mengkritisi segala bentuk penggunaan uang rakyat itu. Untuk itu, PPWI
menghimbau agar setiap kontraktor dan semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek pembangunan di manapun, khususnya di Aceh Selatan, agar
melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan benar sesuai aturan yang ada,” ujar
pria lulusan Master of Art (M.A.) Utrecht University-Netherlands.
Lanjut dia, hentikan
ancam-mengancam, resikonya akan membahayakan diri sendiri. Saran PPWI, setiap
orang yang merasa dirugikan atas sebuah pemberitaan, silahkan memberikan
klarifikasi berbentuk pemberitaan juga di media massa. Media wajib memberikan
ruang hak jawab bagi setiap pihak yang telah menjadi subyek maupun obyek
pemberitaannya.
Masih kata lulusan Master
of Science (M.Sc.) dari The University of Birmingham-England, tiada seorangpun
warga negara yang kebal hukum, jika ada indikasi penyalahgunaan uang rakyat,
dia harus diproses secara hukum. Terkait dengan kerusakan gedung SMA Pasie Raja
yang menelan biaya miliaran dalam kurun waktu belum lama digunakan itu, aparat
terkait perlu mengambil inisiatif untuk melakukan investigasi lapangan,
meneliti kemungkinan indikasi penyimpangan yang terjadi.
“Semua yang terlibat dalam
konspirasi penyalahgunaan anggaran negara harus diperiksa, mulai dari dari
perencanaan di instansi pemerintah hingga kontraktor pelaksana proyek. Polisi,
Jaksa, bahkan KPK mesti turun melakukan pemeriksaan di lapangan,” tegas Alumni
Lemhannas 48 PPRA ini.
“Kepada setiap jurnalis
dan pewarta warga, agar senantiasa waspada terhadap segala ancaman, jika
dipandang membahayakan nyawa anda, segera koordinasi dengan rekan seprofesi dan
ambil langkah hukum, buat laporan ke aparat berwajib. Jangan melakukan ancaman
balik, apalagi tindakan anarkis terhadap si pengancam, biarkan sistem hukum yang
menyelesaikannya,” nasehat Ketua Umum PPWI yang sudah melahirkan ribuan orang
citizen journalist ini.
“Atas kejadian pengancaman
ini, penguatan solidaritas dan soliditas teman-teman jurnalis di Aceh Selatan,
dan Aceh secara keseluruhan, merupakan kebutuhan mutlak. Dengan persatuan dan
kesatuan para jurnalis yang kuat, ancaman dari pihak manapun dapat diantisipasi
dan/atau diatasi. Salah satu tujuan pembentukan kepengurusan PPWI Aceh Selatan
adalah untuk menghimpun dan meningkatkan solidaritas dan soliditas kawan-kawan
jurnalis dan pewarta warga di wilayah tersebut, yang nantinya bersama-sama
dengan kepengurusan wilayah lainnya, juga antar organisasi jurnalis yang lain,
bersatu-padu saling membantu, saling mendukung, saling menjaga satu dengan
lainnya dalam menghadapi segala bentuk ancaman dan tantangan jurnalisme di masa
depan,” pungkas Shony, pria ini akrab disapa.
Sebelumnya, dua orang
wartawan Aceh liputan Aceh Selatan yakni Hendri wartawan aceh.antaranews.com
dan wartawan Harian Serambi Indonesia Taufik Zass mendapat ancaman dari oknum
kontraktor, Ali Syam, terkait pemberitaan gedung SMA Unggul Pasie Raja sudah
rusak.
Ancaman yang ditebarkan
melalui pesan singkat (SMS) ditujukan ke ponsel pribadi, Jumat sekitar pukul
15.00 WIB. SMS tersebut berisi bahwa jika Alisyam tidak berhasil menemukan
Taufik Zass maka keluarga dia yang akan diambil.
Ancaman serupa juga
ditujukan kepada Hendri wartawan aceh.antaranews.com. Pasca pemberitaan itu, Hendri
ditelpon Alisyam dan mempertanyakan kenapa berita tentang gedung sekolah itu
dinaikkan. Bahkan Ali Syam yang sudah mendapat penjelasan tetap tidak terima
dan mengeluarkan kata-kata makian.[Red]