ACEH BESAR
- Konsorsium Peusaba (Peubeudoh Sejarah Adat dan Budaya Aceh) dan Hikmah (Himpunan
Kedaulatan Melayu Islam Akhir Zaman) memasang kain kuning simbol persaudaraaan
Aceh-Melayu pada nisan di tiga komplek makam di Desa Ule Tuy Darul Imarah, Aceh
Besar. Adapun tiga nisan tersebut yakni Makam Tgk. Bak Lingge, Teungku Lhok
Leuot dan Makam Putroe Blieng Indra Kusuma.
Menurut
Ketua Panitia Peusaba Prof. Fadhlan Amini yang didampingi Mawardi Usman beserta
para anggota konsorsium dari berbagai organisasi tentang tujuan acara ini.
”Bahwa
kami memasang kain kuning ini sebagai simbol dekatnya hubungan Aceh dan Melayu,
kain kuning dibawa khusus dari Malaysia tepatnya Negeri Selangor sedangkan
talinya dibeli dari negeri Perak Malaysia.
Kata
Prof. Fadhlan Amini, pemasangan ini juga bertujuan sebagai kenang-kenangan bagi
generasi Melayu-Aceh yang akan datang. Kanda Radzi Sapie Ketua Hikmah sudah
berkali-kali datang ke Aceh dan saya kira sebagai kenang-kenangan betapa
akrabnya Aceh Melayu.
“Sangat
baik kalau dipasang kain kuning pada Nisan Pembesar Aceh zaman dulu dan juga
untuk mencegah rusaknya situs yang sering digunakan sebagai tempat asah parang
dan mengikat lembu,” demikian kata Mawardi Usman.
Sementara
itu, Ketua Hikmah Radzie Sapiee amat senang dengan acara pemasangan kain kuning
ini yang pertama kali. Acara ini sebenarnya diagendakan hari Minggu namun
diundur karena ada sesuatu dan lain hal.
“Pemasangan
kain kuning tersebut dilakukan di Komplek Tgk. Bak Lingge, Tgk. Lhok Leuot dan terakhir pemasangan di
komplek makam Eumpe Blieng atau Putroe Blieng Indra Kusuma yang juga istri
Sultan Johan Syah (1205-1234 M) dari pernikahan ini lahirlah Sultan Ahmad Syah
pendiri Kota Masah di Indrapuri.
“Semua
lokasi makam berada di Desa Ulee Tuy, Darul Imarah, Aceh Besar. Di dekat makam
Eumpe Blieng terdapat Kolam mata air yang jernih suasana yang sejuk membuat
tamu Malaysia amat senang sekali dan memutuskan ikut mandi disana bersama
masyarakat sekitar. Semoga hubungan Aceh-Melayu terus terjaga hingga selamanya,”
harapnya.[Red]