PILKADA adalah pesta rakyat yang semestinya penuh kegembiraan bukan diliputi ketakutan, kebencian, dan menghujat satu sama lain. Kita tidak peduli siapa yang akan memenangi kontestasi, yang kita inginkan adalah Pilkada damai, demokratis, dan tidak mengumbar nuansa provokatif untuk memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI.
Pada tempatnya, Pilkada harus diarahkan menjadi pesta rakyat. Pesta bukan dalam pengertian bagi-bagi uang. Tapi suatu cara berpesta untuk mengakhiri sesuatu, mempertahankan atau memulai sesuatu. Baru setelah itu hasil pilkada dapat diklaim bahwa itu adalah pilihan rakyat.
Menjadi persoalan besar bila Pilkada dibingkai sebagai ajang pelanggaran dan kecurangan, Pilkada menjadi ajang konflik, dan pertentangan dua pihak atau lebih. Ada kecendrungan untuk mendominasi, dan membuat pihak lain mati tak berdaya. Begitu juga ada banyak potensi untuk menyelesaikan pertentangan, namun sengaja disembunyikan sebelum kemenangan itu diraih.
Tak kurang dari situ, hanya lantaran keinginan untuk mematikan lawan, berbagai cara lain ditempuh. Selalu muncul cara-cara politik belah bambu, seperti mengangkat yang satu menginjak yang lain. Memuji seorang, menghina yang lain. Menjegal, menjebak dan menebar kampanye hitam.
Pilkada ini biarlah menjadi pesta rakyat untuk menentukan pilihan mereka siapa yang layak menjadi pemimpin agar mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakuran rakyatnya.Jangan dikotori pesta itu dengan money politic, saling hujat, saling maki dengan kata-kata kotor , dan selalu menyalahkan pihak lain karena merasa dirinya selalu benar.
Mari kita jadikan pesta demokrasi pilkada ini menjadi pesta yang menyenangkan buat rakyat. Pesta yang akan berakhir dengan lahirnya pemimpin baru yang santun, punya dedikasi, memiliki tanggung jawab didunia dan diakherat.
"Ingat tanggal 15 Januari 2017, jangan salah pilih! Biar kita tidak menyesal 5 tahun kedepan!"
Penulis: Iman Gayo (Ketua LSM Pemerhati Damai Aceh Kabupaten Gayo Lues)