JEPANG
- Direktur
Internasional dari Geutanyoe Foundation (Yayasan Geutanyoe), Lilianne Fan, saat
ini sedang berada di Jepang guna mengikuti
serangkaian acara atas undangan dari Amnesty Internasional Jepang, yang
dilaksanakan pada tanggal 27 November-9 Desember 2016.
Amnesty Jepang mengundang
Liliane Fan, yang mengerti mengenai pengungsi
Rohingya dan bertindak pada respon kemanusiaan untuk memberikan serangkaian
kuliah umum di 4 lokasi di seluruh Jepang, adapun kiranya untuk membahas dan
bertukar pandangan tentang isu-isu hak asasi manusia terutama mengenai tentang
pengungsi di Asia Tenggara berfokus pada situasi Rohingya.
Briefing pertama pada
tanggal 29 November 2016 berada di Majelis Tinggi Jepang (Parlemen). Dewan Liga
Amnesty International sebagai pihak penyelenggara mengangakat tema "Status
pengungsi Asia Tenggara."
Pada saat briefing,
Parlemen Liga Amnesty International terdiri dari Ketua Parlemen Bipartisan,
Hidehisa Otsuji dari Majelis Tinggi. Lillianne memaparkan beberapa gambaran
para pengungsi di Asia Tenggara termasuk situasi Rohingya yang tengah
menghadapi kebijakan diskriminatif dari Pemerintah Myanmar dan telah diusir
dari rumah mereka.
"Saya ingin terus
fokus pada situasi saat ini para pengungsi, yang telah menjadi perhatian
global," katanya.
Selain itu, anggota
lainnya Hiroe Makiyama yang juga dari Majelis Tinggi mengatakan dalam
sambutannya pembukaan, ingin terus bekerja untuk masalah hak asasi manusia
internasional di masa depan."
Pada 30 November 2016
(Rabu), Direktur Internasional yayasan Geutanyoe, Lilianne Fan menggelar kuliah
dengan tema "Krisis pengungsi dan Peran Jepang" yang mana
diselengarakan atas kerjasama Universitas Kanagawa dan Amnesty Internasional
Jepang. Lebih dari 50 orang menghadiri
perkuliahan.
Terdapat 65 juta orang
telah diusir dari rumah mereka akibat konflik, penganiayaan atau bencana di
seluruh dunia. sebagai bagian dari kampanye "iWelcome" global pada
pengungsi.
Amnesty Internasional
Jepang memutuskan untuk mengundang spesialis untuk mengatasi masalah
perlindungan pengungsi dan bantuan darurat bagi para pengungsi di negara-negara
seperti Indonesia dan Malaysia.
Para peserta sangat
tersentuh oleh pemutaran film dari yayasan Geutanyoe, "Sahabat Laut"
terutama bagaimana para nelayan Aceh menyelamatkan pengungsi. Juga bagaimana
masyarakat dan Pemerintah Aceh memberikan bantuan serta menyambut guna
memberikan keselamatan, memperlakukan mereka dengan kasih sayang dan
bermartabat.
Film ini sekarang telah
memiliki subtitledalam bahasa Jepang dan dapat dilihat di
(https://www.youtube.com/watch?v=CdChUiQ9MBY).
Lilianne juga menyajikan
beberapa kegiatan kerja Yayasan
Geutanyoe dengan pengungsi Rohingya di Aceh dan Malaysia, yang mana menekankan
bahwa fokus dari Yayasan Geutanyoe adalah melindungi dan memberdayakan para
pengungsi melalui pendidikan, memberikan akses ke pembangunan kesehatan dan
keterampilan dalam segala bidang. Dan pentingnya untuk selalu bekerja dengan
masyarakat lokal yang telah menyambut pengungsi.
Kuliah umum juga akan
diadakan di beberapa kota di Jepang seperti Tokyo, Osaka dan Nagoya dan pada
tanggal 6 Desember, Lilianne telah diundang oleh UNHCR untuk pertemuan resmi
dengan Departemen Kehakiman.[Rls]