Gerobak Steling Aluminium (IST) |
ACEH
TENGGARA - Salah seorang pedagang mengungkapkan pembagian
bantuan steling (rak dagang_red) untuk sejumlah pedagang kecil diduga tidak tepat sasaran di Aceh Tenggara.
“Pasalnya, selaku pedagang
kecil, saya tidak mendapatkan bantuan steling meski sudah mengajukan proposal
ke pihak Dinas Koperasi dan UKM Aceh Tenggara,” demikian diungkapkan JD (50),
warga Desa Lawe Sagu, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara, kepada LintasAtjeh.com,
Jumat (30/12/2016).
Selain itu, lanjut JD, tim
penilai dari Dinkop UKM tersebut juga sudah melakukan survei ke rumah yang
sekaligus menjadi tempat dirinya menjalankan usaha selama ini.
"Saya sudah
mengajukan proposal atas nama istri saya. Orang itu juga sudah melihat jualan kita
ini, mereka juga lihat steling kita ini terbuat dari plastik, kenapa malah
pegawai negeri yang dapat?" ungkap JD kesal.
Menurut JD, proposal
bantuan tersebut diajukan atas nama sang istri berinisial NK SMH. Namun, JD
menyesalkan sikap Dinkop UKM Agara yang malah memberikan bantuan steling kepada
dua orang oknum PNS di desa itu.
Selain dirinya, lanjut JD,
Kaimi dan Uci juga mengalami nasib yang sama. Kedua pedagang kecil di Desa Lawe
Sagu ini juga tidak mendapatkan bantuan steling meski telah mengajukan proposal.
JD menduga, nasib malang
yang mereka alami ini disebabkan karena unsur politik jelang pemilihan bupati
dan wakil bupati. Sebab, JD mengaku selama ini secara terang-terangan bersikap
mendukung Paslon Raidin Pinim-Bukhari alias RABU yang merupakan Paslon penantang
kubu petahana Ali Basrah-Deni F Roza (ABDI).
Selain dirinya, lanjut JD,
Kaimi dan Uci yang disebut masih ada hubungan keluarga dengan JD ini secara
politik juga menunjukkan sikap mendukung Paslon RABU. Sikap politik mereka ini
diduga menjadi penyebab mereka dimurkai pihak Dinkop UKM yang secara struktur
birokrasi berada dibawah pimpinan Bupati Hasanuddin Broeh yang merupakan pimpinan
partai pengusung (Golkar) paslon petahana (ABDI).
Dugaan adanya unsur
politik dibenarkan oleh Dodi Sukmariga Tajmal ketika dikonfirmasi
LintasAtjeh.com. Dodi yang diketahui sebagai PPTK kegiatan ini mengaku pihaknya
mendapat banyak intervensi dari atasan. Hal itu diduga membuat dirinya menemui
kesulitan untuk menjalankan tugas sesuai prosedur.
"Sebetulnya sudah ada
tim penilai yang melakukan survei lapangan. Setelah survei lapangan, data
diserahkan ke Kadis. Kadis itu tahu siapa yang pro sana dan siapa yang pro
sini, mungkin ada yang dicoret," kata Dodi.
Dodi menambahkan, dalam
prosesnya, pihak Dinkop UKM menerima sekitar 500 proposal permintaan bantuan
steling. Namun, karena kuota terbatas, mereka hanya mampu merealisasikan
sekitar 50 persennya saja. Kegiatan ini menghabiskan biaya sebesar Rp. 690
juta, berasal dari dana Otsus 2016.
"Kuotanya terbatas,
kita hanya bisa berikan sekitar 50 persen dari total 500 proposal yang masuk.
Jumlahnya sekitar 250 orang se-Aceh Tenggara," ujar Dodi.[SA]