-->


Plt. Gubernur Aceh Sampaikan Kuliah Umum di Unsyiah

27 Desember, 2016, 10.50 WIB Last Updated 2016-12-29T16:28:15Z

BANDA ACEH - Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Soedarmo kuliah umum bertema kebangsaan dan kepimimpinan dihadapan para mahasiswa di Kampus Universitas Syiah Kuala, Senin (26/12/2016) malam.

Soedarmo menyebutkan, untuk membangun Generasi Aceh Gemilang dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dibutuhkan karakter dan wawasan kebangsaan yang baik. Ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah untuk membangun Aceh menjadi daerah yang gemilang. Pertama adalah merancang program yang gemilang, dukungan kecukupan anggaran dan dukungan sumber daya manusianya.

“Saya sudah berputar (sebagian hanya lewat udara_red,) ke seluruh Aceh. Saya melihat Aceh punya potensi yang cukup bagus, tinggal bagaimana memberdayakan sumber daya manusianya. Aceh itu begitu hebat," ujar Soedarmo.

Soedarmo memaparkan empat konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Ke-empat hal tersebut, ujar Soedarmo, merupakan karakter bangsa yang harus dipahami dan dikuasai para generasi bangsa.

“Kalau empat hal itu berjalan baik, maka cita-cita bangsa untuk menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur," sebutnya.

Provinsi Aceh, diakui Soedarmo, menjadi daerah yang mudah untuk membangun wawasan kebangsaan. Alasan utama adalah pelaksanaan Syariat Islam. Ajaran Islam mendorong masyarakat untuk menjalankan kehidupan dalam tatacara berpikir dan bersikap yang mencerminkan akidah Islam.

“Memahami tentang jati diri bangsa yang harus melekat di dada masing-masing,” ujar Soedarmo.

Soedarmo berpesan kepada para mahasiswa untuk memahami karakter dan wawasan kebangsaan yang baik, sehingga nantinya menjadi pemimpin yang siap memimpin Provinsi Aceh.

Sementara itu, Samsul Rizal, Rektor Universitas Syiah Kuala, mengajak para pemuda Aceh untuk tidak lagi berpikir menjadi pegawai negeri, melainkan sebagai pemuda yang bisa membuka lapangan kerja.

Para generasi Aceh, ujar Samsul Rizal, harus punya keinginan untuk mengubah wajah Aceh dan wajah Indonesia.

“Saya ingin mengubah sesuatu. Saya akan berbuat sesuatu. Camkan itu dalam hati anda. Anda harus berbuat sesuatu untuk Aceh dan Indonesia yang gemilang," ujar Samsul Rizal di hadapan seratusan pemuda Aceh.

Dalam acara tersebut, Frazi Foundation juga mengumumkan peraih nilai TOEFL yang digelar Rumah Bahasa, sebuah lembaga yang diinisiasi oleh Fachrul Razi. Tiga peraih nilai terbanyak adalah M. Ilham Muslim dengan torehan nilai skor 590, Muhammad Ade Syam Gustian dengan skor 623, dan Khairunnisa Usman dengan torehan skorr 627.

Samsul Rizal menyebutkan, kepada mereka yang meraih hasil TOEFL terbanyak untuk tidak bermimpi melanjutkan jenjang kuliah di Unsyiah atau Kampus Universitas Indonesia di Depok Jawa Barat, melainkan di kampus 20 besar dunia.

“Saya akan berikan rekomendasi untuk anda berkuliah di sana. Apa yang didapat disana, bawa pulang ke Aceh. Kita harus berkeyakinan bisa mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik," ujar Samsul Rizal.

Selain memberikan Fachrul Razi Foundation juga menyerahkan Frazi Award 2016, kepada beberapa pemuda Aceh yang dinilai berprestasi memajukan Aceh hingga ke lingkup nasional dan internasional.

Mereka yang memperoleh Frazi Award adalah Farwiza Farhan sebagai young figurese in youth and the environtmen, Edi Fadhil sebagai young figureses in youth and proverty, Iskandar A. Samad sebagai young figures in youth education, dan Djuanda Djamal sebagai young figures in youth partnership for devolopment.

Sementara Teuku Farhan menjadi young figures in youth and IT development, Takdir Feriza sebagai young figures in youth and islamic network, Lismijar sebagai young figures in youthand islamic development, Muhammad Sufri sebagai young figures in youth and enterpreneurship, Muhammad Khaidir sebagai young figures in youth and social activist, dan Husnul Khatimah sebagai young figures in youth and gender equality.

Fachrul Razi, Ketua Frazi Foundation yang juga Wakil Ketua Komisi I DPD Republik Indonesia, menyebutkan, anak muda Aceh bosan dengan konflik berkepanjangan di Aceh. Pemuda Aceh, sebut Razi, kedepan akan menjadi generasi pemimpin Aceh sebagai generasi yang gemilang.

“Hari ini merupakan momentum penting bagi sejarah hidup kami. Konflik dan tsunami bagian dari kebangkitan kami sebagai pemuda Aceh yang merupakan bagian dari Indonesia," ujarnya.[DW]
Komentar

Tampilkan

Terkini