BANDA
ACEH
- Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Soedarmo kuliah umum bertema kebangsaan dan
kepimimpinan dihadapan para mahasiswa di Kampus Universitas Syiah Kuala, Senin
(26/12/2016) malam.
Soedarmo menyebutkan,
untuk membangun Generasi Aceh Gemilang dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dibutuhkan karakter dan wawasan kebangsaan yang baik. Ada tiga hal
yang harus dilakukan pemerintah untuk membangun Aceh menjadi daerah yang
gemilang. Pertama adalah merancang program yang gemilang, dukungan kecukupan
anggaran dan dukungan sumber daya manusianya.
“Saya sudah berputar
(sebagian hanya lewat udara_red,) ke seluruh Aceh. Saya melihat Aceh punya
potensi yang cukup bagus, tinggal bagaimana memberdayakan sumber daya
manusianya. Aceh itu begitu hebat," ujar Soedarmo.
Soedarmo memaparkan empat
konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Ke-empat hal tersebut,
ujar Soedarmo, merupakan karakter bangsa yang harus dipahami dan dikuasai para
generasi bangsa.
“Kalau empat hal itu
berjalan baik, maka cita-cita bangsa untuk menjadi negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur," sebutnya.
Provinsi Aceh, diakui
Soedarmo, menjadi daerah yang mudah untuk membangun wawasan kebangsaan. Alasan
utama adalah pelaksanaan Syariat Islam. Ajaran Islam mendorong masyarakat untuk
menjalankan kehidupan dalam tatacara berpikir dan bersikap yang mencerminkan
akidah Islam.
“Memahami tentang jati
diri bangsa yang harus melekat di dada masing-masing,” ujar Soedarmo.
Soedarmo berpesan kepada
para mahasiswa untuk memahami karakter dan wawasan kebangsaan yang baik,
sehingga nantinya menjadi pemimpin yang siap memimpin Provinsi Aceh.
Sementara itu, Samsul
Rizal, Rektor Universitas Syiah Kuala, mengajak para pemuda Aceh untuk tidak
lagi berpikir menjadi pegawai negeri, melainkan sebagai pemuda yang bisa
membuka lapangan kerja.
Para generasi Aceh, ujar
Samsul Rizal, harus punya keinginan untuk mengubah wajah Aceh dan wajah
Indonesia.
“Saya ingin mengubah
sesuatu. Saya akan berbuat sesuatu. Camkan itu dalam hati anda. Anda harus
berbuat sesuatu untuk Aceh dan Indonesia yang gemilang," ujar Samsul Rizal
di hadapan seratusan pemuda Aceh.
Dalam acara tersebut,
Frazi Foundation juga mengumumkan peraih nilai TOEFL yang digelar Rumah Bahasa,
sebuah lembaga yang diinisiasi oleh Fachrul Razi. Tiga peraih nilai terbanyak
adalah M. Ilham Muslim dengan torehan nilai skor 590, Muhammad Ade Syam Gustian
dengan skor 623, dan Khairunnisa Usman dengan torehan skorr 627.
Samsul Rizal menyebutkan,
kepada mereka yang meraih hasil TOEFL terbanyak untuk tidak bermimpi
melanjutkan jenjang kuliah di Unsyiah atau Kampus Universitas Indonesia di
Depok Jawa Barat, melainkan di kampus 20 besar dunia.
“Saya akan berikan
rekomendasi untuk anda berkuliah di sana. Apa yang didapat disana, bawa pulang
ke Aceh. Kita harus berkeyakinan bisa mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang
lebih baik," ujar Samsul Rizal.
Selain memberikan Fachrul
Razi Foundation juga menyerahkan Frazi Award 2016, kepada beberapa pemuda Aceh
yang dinilai berprestasi memajukan Aceh hingga ke lingkup nasional dan
internasional.
Mereka yang memperoleh
Frazi Award adalah Farwiza Farhan sebagai young figurese in youth and the
environtmen, Edi Fadhil sebagai young figureses in youth and proverty, Iskandar
A. Samad sebagai young figures in youth education, dan Djuanda Djamal sebagai
young figures in youth partnership for devolopment.
Sementara Teuku Farhan
menjadi young figures in youth and IT development, Takdir Feriza sebagai young
figures in youth and islamic network, Lismijar sebagai young figures in
youthand islamic development, Muhammad Sufri sebagai young figures in youth and
enterpreneurship, Muhammad Khaidir sebagai young figures in youth and social
activist, dan Husnul Khatimah sebagai young figures in youth and gender
equality.
Fachrul Razi, Ketua Frazi
Foundation yang juga Wakil Ketua Komisi I DPD Republik Indonesia, menyebutkan,
anak muda Aceh bosan dengan konflik berkepanjangan di Aceh. Pemuda Aceh, sebut
Razi, kedepan akan menjadi generasi pemimpin Aceh sebagai generasi yang
gemilang.
“Hari ini merupakan
momentum penting bagi sejarah hidup kami. Konflik dan tsunami bagian dari
kebangkitan kami sebagai pemuda Aceh yang merupakan bagian dari
Indonesia," ujarnya.[DW]