LHOKSEUMAWE - Delegasi Aceh di Da’i Muda Nusantara, Ody Yunanda berharap setiap pihak untuk mewaspadai misi pedangkalan aqidah dan misionaris tersembunyi pasca gempa 6.5 SR yang menguncang Pidie Jaya, Rabu (07/12/2016) lalu.
Mengingat pengalaman gempa dan tsunami 2004 silam, dengan banyak masuknya NGO maupun LSM non muslim untuk memulihkan kembali Aceh akibat bencana alam patut diwaspadai.
Anggota Komite Mahasiswa dan Pelajar Kutamakmur (KOMPAK) ini juga menuturkan bahwa bukti-bukti pedangkalan aqidah pasca gempa dan tsunami Aceh terbukti dalam Laporan Hasil Investigasi Pendangkalan Aqidah yang dikeluarkan pada Juli 2006.
Beberapa fakta adanya pendangkalan akidah telah terungkap, bahkan menjurus kepada pemurtadan yang dilakukan secara terprogram dan sistematis di 13 kabupaten dan kota oleh berbagai NGO dan LSM yang berkedok bantuan kemanusiaan.
“Hal itu terjadi lantaran sistem pengawasan pihak pemerintah yang tergolong lemah sehingga tidak selektif terhadap pihak-pihak yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan," kata Ody, Sabtu (17/12/2016).
Sedangkan modus upaya pemurtadannya, lanjut Ody, antara lain melalui penyaluran bantuan kemanusiaan berupa bantuan makanan, buku bacaan, alat tulis menulis, obat-obatan, pakaian dan mainan anak-anak, bimbingan konseling (pemulihan trauma), pendidikan dan ketrampilan yang dikelola oleh yayasan umat Kristen, dan lain sebagainya.
“Segala bentuk kejadian negatif pasca tsunami 2004 bisa menjadi intropeksi bagi kita pasca gempa Bumi Pidie Jaya. Banyak pihak yang menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai kedok untuk melakukan pendangkalan aqidah bahkan memurtadkan. Karena bagi mereka tidak ada makan siang yang gratis dan selalu ada udang dibalik batu,” pungkas Ody.[Rls]