LANGSA - Banyaknya dugaan yang timbul di
kalangan masyarakat tentang adanya pihak-pihak yang menunggangi dan permainan
politik dalam aksi demonstrasi pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa
tanggal 29 November 2016 lalu, menjadi bahan perbincangan di setiap sudut Kota
Langsa.
Isu
dan dugaan yang timbul di kalangan masyarakat ini menggugah Forum Bhayangkara
Indonesia (FBI) untuk melakukan investigasi guna mengungkap kebenaran isu
tersebut.
Berdasarkan
hasil wawancara kepada beberapa orang yang terlibat dalam aksi demo tersebut
menyimpulkan bahwa, timbulnya aksi ini didasari oleh bentuk spontanitas dari
para petugas medis, paramedis, penunjang medis, administrasi serta manajemen
RSUD Langsa, karena para karyawan RSUD merasa tertekan, terancam dan
terintimidasi dibawah kepemimpinan Dr. Syarbaini, M.Kes.
Hal
tersebut disampaikan T. Firdausin Nazar, Divisi Investigasi Hukum & HAM
Forum Bhayangkara Indonesia kepada LintasAtjeh.com, Minggu (04/12/2016), di
Langsa.
“Karena
merasa tertindas dan terancam, para karyawan RSUD Langsa melakukan demo, jadi
tidak ada unsur politik atau kepentingan pihak-pihak tertentu,” ungkap T.
Firdausin Nazar yang akrab disapa Ados.
Ia
menambahkan bahwa, ketidaknyamanan dalam bekerja para petugas/karyawan RSUD
Langsa dapat mengakibatkan kurang konsentrasi dalam melakukan pelayanan
terhadap pasien dan keluarga pasien, sehingga menimbulkan iklim kerja yang
tidak kondusif di RSUD Langsa.
Sementara
itu, Irwansyah, salah seorang wartawan senior Kota Langsa mengatakan bahwa pada saat sebelum dipimpin Syarbaini, suasana kerja di RSUD Langsa telihat nyaman dan tidak ada aksi-aksi
yang melawan pimpinan.
“Tetapi
semenjak Syarbaini menjabat sebagai Direktur RSUD
Langsa, suasana itu langsung berubah menjadi tidak kondusif, hal ini bisa
dirasakan di seluruh bagian, bidang, instalasi maupun unit yang ada di RSUD
Langsa,” ujarnya.
“Karena
suasana dan situasi kerja yang diciptakan oleh Dr. Syarbaini jauh dari
expektasi yang mereka harapkan, sehingga menjadi pemicu terjadinya aksi demo,"
pungkasnya.[Sm]