-->

Bendera Aceh Bukan Bulan Bintang Tapi Alam Peudeng

04 Desember, 2016, 01.09 WIB Last Updated 2016-12-03T18:09:46Z


LANGSA - Bendera Aceh adalah berlambang alam Peudeng (pedang) bukan bulan bintang yang selama ini kerap didengungkan pihak tertentu dan telah pula disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) beberapa waktu lalu.

Hal tersebut dikatakan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Tamiang, Tgk Abdullah ketika berbincang-bincang dengan awak media di Langsa, Sabtu (3/12/2016).

Menurutnya, pada awal kegemilangan Aceh kala dipimpin para Sultan, Aceh mengibarkan bendera alam pedang dan cap sikureung (sembilan) sebagai stempel kerajaan. Jadi, adalah pembohongan dan pemutarbalikan fakta sejarah bila saat ini bulan bintang disahkan menjadi bendera Aceh.

"Tolong jangan bodohi rakyat atas kepentingan personal dan kelompok saja, sehingga bulan bintang dianggap aspirasi rakyat dan dijadikan bendera," pintanya.

Tgk Abdullah merasa miris melihat kelakuan rekan seperjuangannya dulu semasa masih bergabung dalam GAM yang kini menginginkan bulan bintang sebagai bendera Aceh. Dalam pandangannya, bila ingin mengembalikan identitas Aceh maka alam pedang adalah simbol perekat dan identitas keAcehan rakyat Aceh, bukan malah bintang bulan.

"Bintang bulan bendera perjuangan untuk memerdekakan Aceh dari penjajahan, jadi tak layak dikibarkan selama Aceh belum merdeka," kata Abdullah.

“Karena Aceh kini sudah damai, sebagaimana perjanjian MoU Helsinki, maka pergunakanlah alam pedang sebagai simbol kedamaian abadi dan perekat ditengah masyarakat,” imbuhnya.

Dia juga mengatakan, bahwa perayaan Milad GAM tanggal 4 Desember mendatang tidak perlu diwarnai aksi penaikan bendera bulan bintang. Bila itu terjadi, maka semua yang terlibat dalam prosesi penaikan bendera itu adalah pelaku Makar.

"Itu Makar bila naikkan bendera bulan bintang. Karena ketika Aceh telah damai tidak ada lagi simbol dan lambang perjuangan. Jika ada tentu Makar," tegas Tgk Abdullah.

Dirinya berharap, perayaan Milad GAM cukup diperingati dengan doa bersama, kenduri anak yatim dan memberikan santunan kepada korban konflik termasuk janda mantan pejuang yang telah syahid.

“Mendoakan para syuhada bangsa Aceh lebih berarti ketimbang menaikan bendera bulan bintang yang kemudian menimbulkan kekacauan ditengah perdamaian yang dicapai antara Pemerintah RI dan GAM,” jelasnya.

"Kita berjuang dulu untuk memerdekakan bangsa dan rakyat Aceh, tapi sekarang sudah damai jangan lagi buat rakyat susah," pungkasnya.[Ril]
Komentar

Tampilkan

Terkini