LANGSA - Bendera Aceh adalah berlambang
alam Peudeng (pedang) bukan bulan bintang yang selama ini kerap didengungkan
pihak tertentu dan telah pula disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)
beberapa waktu lalu.
Hal
tersebut dikatakan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Tamiang,
Tgk Abdullah ketika berbincang-bincang dengan awak media di Langsa, Sabtu
(3/12/2016).
Menurutnya,
pada awal kegemilangan Aceh kala dipimpin para Sultan, Aceh mengibarkan bendera
alam pedang dan cap sikureung (sembilan) sebagai stempel kerajaan. Jadi, adalah
pembohongan dan pemutarbalikan fakta sejarah bila saat ini bulan bintang
disahkan menjadi bendera Aceh.
"Tolong
jangan bodohi rakyat atas kepentingan personal dan kelompok saja, sehingga
bulan bintang dianggap aspirasi rakyat dan dijadikan bendera," pintanya.
Tgk
Abdullah merasa miris melihat kelakuan rekan seperjuangannya dulu semasa masih
bergabung dalam GAM yang kini menginginkan bulan bintang sebagai bendera Aceh. Dalam
pandangannya, bila ingin mengembalikan identitas Aceh maka alam pedang adalah
simbol perekat dan identitas keAcehan rakyat Aceh, bukan malah bintang bulan.
"Bintang
bulan bendera perjuangan untuk memerdekakan Aceh dari penjajahan, jadi tak
layak dikibarkan selama Aceh belum merdeka," kata Abdullah.
“Karena
Aceh kini sudah damai, sebagaimana perjanjian MoU Helsinki, maka pergunakanlah
alam pedang sebagai simbol kedamaian abadi dan perekat ditengah masyarakat,”
imbuhnya.
Dia
juga mengatakan, bahwa perayaan Milad GAM tanggal 4 Desember mendatang tidak
perlu diwarnai aksi penaikan bendera bulan bintang. Bila itu terjadi, maka
semua yang terlibat dalam prosesi penaikan bendera itu adalah pelaku Makar.
"Itu
Makar bila naikkan bendera bulan bintang. Karena ketika Aceh telah damai tidak
ada lagi simbol dan lambang perjuangan. Jika ada tentu Makar," tegas Tgk
Abdullah.
Dirinya
berharap, perayaan Milad GAM cukup diperingati dengan doa bersama, kenduri anak
yatim dan memberikan santunan kepada korban konflik termasuk janda mantan
pejuang yang telah syahid.
“Mendoakan
para syuhada bangsa Aceh lebih berarti ketimbang menaikan bendera bulan bintang
yang kemudian menimbulkan kekacauan ditengah perdamaian yang dicapai antara
Pemerintah RI dan GAM,” jelasnya.
"Kita
berjuang dulu untuk memerdekakan bangsa dan rakyat Aceh, tapi sekarang sudah
damai jangan lagi buat rakyat susah," pungkasnya.[Ril]