-->

Farhan : Pemuda Harus Bersatu Lawan Kekuatan Neokolonialisme dan Neoliberalisme

01 November, 2016, 11.52 WIB Last Updated 2016-11-01T19:27:43Z

ACEH TAMIANG - Kesadaran untuk bersatu dan membebaskan diri dari belenggu penjajahan menjadi pondasi dasar semangat sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sekat-sekat kesukuan, ideologi, bahasa, budaya, kepentingan kelompok dan sebagainya ditanggalkan demi terciptanya Indonesia merdeka.

Ruh sumpah pemuda bisa dijadikan titik awal untuk kembali menyatukan gerakan pemuda (dan juga gerakan mahasiswa). Semangat dan cita-cita pemuda yang menggelora keseluruh pelosok nusantara pada tanggal 28 Oktober 1928 perlu disuarakan kembali.

"Perlu kiranya diselenggarakan lagi pertemuan (konsolidasi) semua elemen gerakan mahasiswa dan pemuda untuk memunculkan rumusan semacam manifesto terhadap permasalahan yang sedang dihadapi bangsa saat ini," demikian ungkap Wakil Ketua 1 DPW PA Aceh Tamiang, Farhan Syamsuddin kepada LintasAtjeh.com, Selasa (1/11/2016). 

Menurut Farhan, khusus bagi para pemuda dan mahasiswa Aceh, semangat sumpah pemuda tahun 1828 lalu, menjadi tonggak pemaham tersendiri dalam menggelorakan semangat perubahan, karena mengingat status yang pernah disandang Aceh sebagai daerah pemberontakan dari masa ke masa, baik masa orde lama DI/TII maupun orde baru GAM.

Farhan menambahkan, pemuda adalah agen perubahan negeri yang selalu dituntut untut terus berkarya semi kemaslahatan umat. Oleh karenanya, dalam upaya melanjutkan perjuangan bangsa demi tercapainya kehidupan yang berlandaskan keadilan, kemakmuran dan kesejahtraan maka Pemuda Partai Aceh (PPA) harus berani berpikir keras tentang upaya transformasi politik di Aceh dengan mewujudkan politik bersih dan santun, serta jadi wadah pemahaman bagi masyarakat pelosok.

"Pemuda harus menyadari bahwa musuh utama saat ini adalah kekuatan Neokolonialisme dan Neoliberalisme dan antek-anteknya sedang berkuasa di negeri ini," demikian tegas Farhan.[Zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini