ACEH
TAMIANG - Kesadaran
untuk bersatu dan membebaskan diri dari belenggu penjajahan menjadi pondasi
dasar semangat sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sekat-sekat
kesukuan, ideologi, bahasa, budaya, kepentingan kelompok dan sebagainya
ditanggalkan demi terciptanya Indonesia merdeka.
Ruh
sumpah pemuda bisa dijadikan titik awal untuk kembali menyatukan gerakan pemuda
(dan juga gerakan mahasiswa). Semangat dan cita-cita pemuda yang menggelora
keseluruh pelosok nusantara pada tanggal 28 Oktober 1928 perlu disuarakan
kembali.
"Perlu
kiranya diselenggarakan lagi pertemuan (konsolidasi) semua elemen gerakan
mahasiswa dan pemuda untuk memunculkan rumusan semacam manifesto terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi bangsa saat ini," demikian ungkap Wakil
Ketua 1 DPW PA Aceh Tamiang, Farhan Syamsuddin kepada LintasAtjeh.com, Selasa
(1/11/2016).
Menurut
Farhan, khusus bagi para pemuda dan mahasiswa Aceh, semangat sumpah pemuda
tahun 1828 lalu, menjadi tonggak pemaham tersendiri dalam menggelorakan
semangat perubahan, karena mengingat status yang pernah disandang Aceh sebagai
daerah pemberontakan dari masa ke masa, baik masa orde lama DI/TII maupun orde
baru GAM.
Farhan
menambahkan, pemuda adalah agen perubahan negeri yang selalu dituntut untut
terus berkarya semi kemaslahatan umat. Oleh karenanya, dalam upaya melanjutkan
perjuangan bangsa demi tercapainya kehidupan yang berlandaskan keadilan,
kemakmuran dan kesejahtraan maka Pemuda Partai Aceh (PPA) harus berani berpikir
keras tentang upaya transformasi politik di Aceh dengan mewujudkan politik
bersih dan santun, serta jadi wadah pemahaman bagi masyarakat pelosok.
"Pemuda
harus menyadari bahwa musuh utama saat ini adalah kekuatan Neokolonialisme dan
Neoliberalisme dan antek-anteknya sedang berkuasa di negeri ini," demikian
tegas Farhan.[Zf]