![]() |
IST |
APA
ITU GENITRI? RUDRAKSA= rudra berarti Siwa dan aksa berarti mata,
sehingga arti keseluruhannya berarti mata Siwa, yang sejalan dengan mitologinya
bahwa di suatu saat air mata Siwa menitik, kemudian tumbuh menjadi pohon
rudraksa menyebar di Negeri Bharatawarsa dan sekitarnya, Malaysia bahkan sampai
ke Bumi Nusantara, yang popular dengan nama GANITRI atau GENITRI. Dalam bahasa
latinnya disebut ELAEOCARPUS GANITRUS. Ada tiga macam jenis ganitri dan 4 jenis
agak berlainan yang dinamai KATULAMPA.
RUDRAKSA = adalah buah
kesayangan Siwa dan dianggap tinggi kesuciannya. Oleh karena itu rudraksa
dipercaya dapat membersihkan dosa dengan melihatnya,bersentuhan, maupun dengan
memakainya sebagai sarana japa (Siva Purana). Sebagai sarana japa atau dapat
dipakai oleh seluruh lapisan umat atau oleh ke-empat warna umat, maupun oleh
pria atau wanita tua ataupun muda.
Selain pengaruh
spiritual/religius tersebut, kepada pemakai rudraksa juga dapat memberikan efek
biomedis dan bio-elektomagnetis (energi), secara umum dapat dikatakan dapat
memberi efek kesehatan, kesegaran maupun kebugaran. Hal ini terungkap dari buku
tentang penyhelidikan secara mendalam terhadap keistimewaan rudraksa tersebut
di India.
Untuk mendapat daya-guna
sampai maksimal, tentu harus memenuhi etika dan syarat, apalagi untuk
memperoleh manfaat-manfaat khusus, berkenaan dengan sifat-sifat tertentu yang
dimiliki rudraksa sesuai dengan bentuk, rupa serta jumlah mukhi (juringan)-nya.
Secara umum dapat disebutkan bahwa rudraksa harus tidak dipakai/dibawa ke WC,
melayat, turut ke pemakaman/crematorium, dan tidak dalam keadaan cuntaka
(sebel), maupun sebel pada diri wanita. Sebelum dimanfaatkan sebaiknya tasbih
genitri itu dipersembahkan di pura, kemudian dimohonkan keampuhannya denagan
diperciki tirtha, yang berarti pemakaiannya melalui prosedur ritual. Hal itu
ditempuh karena ber-japa dengan tasbih genitri bukan sekedar untuk
menghitung-hitung, memakai rangkaian japa-mala rudraksa juga bukan sekedar
asesori atau sebagai atribut status quo. Dengan ritual itu ingin dicapai
kemantapan bathin yang berdimensi magis, dan memperlakukan japa-mala-rudraksa
itu sebagai sarana sakral, di samping untuk kesehatan.
Harga
jual yang beredar
![]() |
IST |
harga dalam Rupiah per
biji:
Kelas 1 : 165
Kelas 2 : 145
Kelas 3 : 125
Kelas 4 : 100
Kelas 5 : 75
Kelas 6 : 40
Kelas 7 : 30
Kelas 8 : 25
Kelas 9 : 18
Kelas 10 : 15
Kelas 11 halus : 10.000/kg
Kelas 11 kasar : 7.000/kg
3 Faced Rudraksha /
Ganitri Mukhi 3: Rp.18.000
4 Faced Rudraksha /
Ganitri Mukhi 4: Rp.25.000
6 Faced Rudraksha /
Ganitri Mukhi 6: Rp.20.000
Ganesh Gauri Rudraksha /
Ganitri Dempet: Rp.150.000
Harga
Bibit Tanaman
Panjang 30-60 cm harga
Rp.35.000-Rp.50.000
Three Faced Rudraksha /
Ganitri Mukhi 3 harga Rp.150.000
Manfaat
Buah Jenitri
![]() |
IST |
Bahan :
Daun sirih : 20 gr
Tape ketan hitam : 20 gr
Nanas muda : 1 buah
Jeruk nipis : 1 buah
Jenitri : 5 gr
Kayu rapat : 5 gr
Cara
:
Daun sirih, jenitri, dan
kayu rapat ditumbuk halus.
Nanas dan jeruk nipis
diperas, airnya dicampur dengan bahan yang telah ditumbuk
Pemakaian
:
Dimakan bersama tape ketan
hitam pada siang hari.
Jenitri dan kayu rapat
dapat dibeli di toko jamu jawa (jamu tradisional)
Mengolah
Buah Ganitri, Raih Omzet Ratusan Juta Rupiah
Peluh membasahi tubuh
Komari usai menebang 20 pohon kelapa di halaman rumahnya. Aksi tebang pohon
berumur 70 tahun itu keruan mengundang tawa warga Desa Dongdong, Kecamatan
Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kelapa yang serbaguna itu tumbang
satu per satu. Di bekas lahan kelapa itulah ia menanam 73 bibit ganitri.
Empat tahun usai aksi
tebang pohon itu, pada Juni 2002 orang-orang yang dulu menertawakan terperangah.
Ketika itu Komari menuai 30 kg buah ganitri hanya dari 8 pohon. Omzet yang
diraih Komari mencapai Rp8-juta.
“Memanen biji ganitri jauh
menguntungkan dibanding kelapa,” ujar pria kelahiran Cilacap 31 Desember 1925
itu. Bila sebatang kelapa menghasilkan 10 buah per bulan, ia paling-paling
mengantongi Rp10.000 per pohon. Di kota minyak itu harga sebuah Cocos nucifera
hanya Rp1.000.
Pendapatan itu lebih kecil
ketimbang hasil penjualan ganitri. “Panen perdana satu pohon ganitri
menghasilkan Rp250.000-Rp1,3-juta. Itu belum termasuk panen susulan,” kata
pensiunan perangkat desa itu. Tinggi rendahnya pendapatan itu lantaran ukuran
biji yang tak seragam dari setiap pohon. Padahal, biji klitri-sebutannya di
Madura-dihargai berdasarkan ukuran. Semakin kecil ukuran biji, kian tinggi
harganya.
Harga
naik terus
![]() |
IST |
Menurut Komari, ‘Dari satu
pohon belum tentu ada yang berukuran kecil.’ Biji ganitri dikelompokkan dalam
11 nomor, nomor 1-ukuran diameter 5 mm-adalah yang terkecil dan termahal. Nomor
berikutnya setiap kenaikan 0,5 mm. Kelas 1-9 dihargai per butir, sedang nomor
10 dan 11 dihargai per kilogram.
Sejak pamornya naik, harga
itu tak pernah turun, bahkan terus naik. Pada 1960 harga sebuah biji kelas 1
Rp0,5; sekarang, Rp152. Bandingkan dengan harga biji kelas 10 berukuran 9,5 mm
mencapai Rp11.000 per kg; nomor 11 berukuran di atas 10 mm, Rp2.000 per kg.
Setiap kenaikan diameter 0,5 mm, harga semakin turun. Harga sebuah biji nomor 9
ukuran 9 mm- Rp10.
“Kelihatannya murah, tapi
bila diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah per pohon,’ papar ayah 3 anak
itu. Dari sebuah pohon, biji yang termasuk kelas 1-9 tak sampai 20%. Pada panen
perdana ketika pohon berumur 4 tahun, produksi mencapai 350.000 butir. Pekebun
memanen buah pada September-Februari”.
Varietas yang
dibudidayakan Komari berproduksi ketika berumur 2 tahun; jenis lokal, umur 6-7
tahun. Batang varietas super lebih pendek sehingga memudahkan panen. Jenis
super berumur 4 tahun tingginya 4 meter; lokal, 10-15 meter. Nah, jenis super
itu lebih banyak menghasilkan biji kelas 1- 9. Dengan jarak tanam 6 m x 6 m, populasi
ganitri di lahan 1 ha mencapai 120 pohon. ‘Setengahnya sudah berbuah dan siap
panen 2 bulan mendatang,’ kata pria 72 tahun itu.
Di Desa Dongdong,
Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Komari bukan satu-satunya pekebun ganitri. Saat
ini terdapat 70 pekebun yang membudidayakan pohon anggota famili Elaeocarpaceae
itu di Cilacap. Setelah Komari sukses meraup laba besar, mereka ingin mengikuti
jejaknya. Rata-rata mereka menanam 2-10 pohon mata dewa alias ganitri di
pekarangannya.
Belum
dikebunkan
IST |
Untuk apa biji ganitri
itu? Pemeluk agama Hindu menggunakan biji ganitri sebagai sarana peribadatan.
Biji-biji itu diuntai membentuk rangkaian seperti tasbih bagi penganut Islam
atau rosario bagi kaum Nasrani. Itulah sebabnya pasar terbesar biji ganitri ke
India dan Nepal. Negara di Asia Selatan itu penganut Hindu terbesar. Tak hanya
itu, ganitri dipercaya berkhasiat obat berbagai penyakit (baca: Mata Siwa
Penyapu Polutan halaman 116).
Di Indonesia ganitri lebih
dikenal sebagai pohon pelindung. “Tak banyak orang Indonesia yang
mengebunkannya,” tutur Soma Temple, pengusaha ganitri di Bali. Itulah sebabnya
Soma kadang-kadang kesulitan mencari bahan baku dan harus mengimpor dari India
dan Nepal. Di bawah label Aum Rudraksha, ia rutin memasarkan minimal 100 mala
alias tasbih ganitri ke Australia, Jepang, dan Italia. Harga termurah berkisar
Rp50.000-Rp80.000. Jika menginginkan desain khusus, harganya lebih mahal.
Selain di Cilacap, sentra
penanaman ganitri juga ada di Desa Gadungrejo, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa
Tengah. Menurut staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen,
Supono, total penanaman 35 ha dengan produksi per ha mencapai 1,9 ton. Kasimun
dan Jasmin, membudidayakan masing-masing 18 dan 8 pohon jenis super di lahan
1.875 m2 dan 200 m2.
Panen perdana 3 pohon
milik Jasmin berlangsung pada April 2007. Ia menuai 6.000 biji kelas 5, 5.000
biji (4), 3.000 biji (3), 2.000 biji (2), dan 750 biji (1). Sisanya masuk nomor
10-11. Dari penjualan itu Jasmin mengantongi Rp2,1-juta. Ia pun berhasrat
menambah populasi pohon hingga 20 batang.
Laba itu memang terbilang
besar. Sebab, biaya pemeliharaan sebatang pohon rudraksa relatif kecil. Komari
hanya menghabiskan Rp7.500 per pohon per tahun. Dana itu untuk pemupukan dan
penyiraman. Artinya, dari 3 pohon milik Jasmin yang sudah berproduksi, menelan
biaya Rp22.500. Harga sebuah bibit sambung susu Rp100.000. Hasilnya mencapai
jutaan rupiah dalam setahun.
Palsu
Bukan berarti usaha
Kasimun selalu mulus. Awal menanam 40 bibit sambung susu yang didatangkan dari
Cilacap mati menyisakan 18 batang saja. Kerugian yang dideritanya sekitar
Rp2-juta. “Bibit patah karena tak tahan diterpa angin,” kata Kasimun. Tak mau
mengulangi kisah pahit itu, ia selalu memberi ajir setiap bibit yang baru
ditanam dengan bambu sampai umur 1,5 tahun. Hama yang ditemui biasanya berupa
ulat cokelat yang makan dan bersarang di dalam batang muda. Akibatnya tanaman
kering dan mati. Jika hambatan teratasi, peluang bisnis ganitri masih
terbentang.
Biji Elaeocarpus ganitrus
dapat dijual dalam keadaan basah maupun kering. Namun, kebanyakan pekebun
menjual kering lantaran keuntungan lebih besar. Dalam keadaan basah, biji kelas
1 dapat digolongkan nomor 3 karena kulit pembungkus biji cukup tebal. Apalagi
mengupas kulit buah mudah dilakukan. Pekebun biasanya merebus buah ganitri
dalam air mendidih selama 2 jam. Setelah kulit luar melunak, pekebun
membersihkan dan menjemurnya selama 18 jam.
Pekebun seperti Komari
menyetorkan biji kering kepada eksportir di Jakarta. “Berapa pun volumenya
diambil,” katanya. Eksportir membutuhkan 320 ton ganitri sekali kirim.
Syaratnya biji ganitri harus cerah. Dibutuhkan saringan untuk menyeleksi biji
ganitri dalam 11 kelompok dan menghitung jumlah biji setiap kelas.
Berapa pun harganya,
selalu dibayar tunai. Dari setiap kelas yang ia beli, Komari mengutip minimal
Rp10 per butir. Setiap musim panen rata-rata ia membeli hingga 1,5 ton ganitri
dengan total pembelian seharga Rp600-juta. Sebagai pengepul, laba bersihnya
lebih dari Rp100-juta per bulan.
Menurut Indian Times,
setiap tahun jutaan biji rudaksa asal Indonesia masuk ke India. Nilai transaksi
diestimasi mencapai Rp500-miliar. Kelangkaan dan tingginya kebutuhan itu
memunculkan penjual nakal yang memperdagangkan biji ganitri palsu. Tidak
semestinya berbisnis pengingat Tuhan kok menyediakan mala palsu
Manfaat
Genitri
![]() |
IST |
Kedua mata Prof I Nyoman
Kabinawa terpejam. Ia duduk bersila mengenakan pakaian putih. Bibirnya
merapalkan doa. '...Dhimahi dhiyo nah pracodayat.' Pada saat bersamaan, jari
manis tangan kanannya memutar biji mala seukuran buah kersen hingga 108 kali.
Telunjuk dan kelingking terlarang menyentuh mala yang tersusun dari biji buah
ganitri.
Itulah ritual Prof I
Nyoman Kabinawa dan penganut Hindu lain saat bermeditasi. Dalam ritual itu,
ganitri elemen penting lantaran mempunyai nilai mitos tinggi. 'Sebelum
digunakan untuk meditasi, ganitri mesti diberi mantra agar memiliki kekuatan,'
kata Kabinawa, periset Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI. Dengan kekuatan
itu, doa yang dipanjatkan pun sampai ke Sang Hyang Widi.
Rudraksa-sebutan ganitri
di India-tanaman setinggi 25-30 m dengan batang tegak dan bulat berwarna
cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam
bahasa India, rudraksa berasal dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa
berarti mata. Sehingga arti keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang Hindu
meyakini rudraksa sebagai air mata Dewa yang menitik ke bumi. Tetesan air mata
itu tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Mata
Siwa
Di Indonesia, biji titisan
Dewa Siwa itu populer dengan nama ganitri, genitri, atau jenitri. 'Indonesia
paling banyak produksinya di dunia,' kata Yana Sumarna, peneliti Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Pohon Elaeocarpus ganitrus banyak
ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor. Indonesia
memasok 70% kebutuhan ganitri yang diekspor dalam bentuk butiran biji. Sebanyak
20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak
menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.
“Biji-biji ganitri keras
dan awet, bisa digunakan untuk 8 generasi,” kata Komari. Kecuali ukuran, setiap
biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai
dari 1 hingga 21 mukhis yang memiliki perbedaan arti. Semakin banyak mukhis
harganya kian tinggi.
Manfaat ganitri bukan
sekadar alat 'hitung' dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario
bagi umat Nasrani. Biji ganitri juga berfungsi menghilangkan stres. Itu
dibuktikan oleh Dr. Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya
mengungkap utrasum bead-sebutan ganitri di Amerika-biji ganitri mengirimkan
sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur
aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh.
Efek itu diperoleh
lantaran biji sima-sebutan ganitri di Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan
fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan
elektromagnetik. Karena itu biji ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat
menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasilnya, otak merasa tenang dan
menghasilkan pikiran positif.
Sebetulnya, komposisi
kimia ganitri tak beda jauh dengan buah lainnya. Antara lain 50,024% karbon,
17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro
dalam biji tanaman anggota famili Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium,
klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
Panasea
![]() |
IST |
Pembeda ganitri dan buah
lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Ganitri memiliki nilai
spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa,
misalnya, ganitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada
keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin. Gara-gara itulah ganitri
dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.
Ganitri juga dipercaya
menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Ia
berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan. Caranya? Biji
ganitri direndam semalam lalu diminum saat perut kosong. Itu terbukti efektif
meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari,
tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan ganitri di leher.
Khasiat lain, ganitri berfungsi sebagai pelindung tubuh dari bakteri, kanker,
dan pembengkakan.
Begitulah riset sahih
Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University, India. Ia
menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform,
asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah ganitri kering. Larutan
ganitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat
antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai. Di luar itu,
ganitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus
terinjeksi.
Uji praklinis yang
melibatkan babi sebagai satwa percobaan, membuktikan ganitri mencegah kerusakan
paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi pemicu luka, histamin, dan asetilkoline
aerosol. Meski diberi zat perusak paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu
tetap baik.
Duduk perkaranya karena
glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam ganitri
melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri.
Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak ganitri
antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas
shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii.
Menurut A B. Ray dari
Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India, alkaloid
yang terkandung dalam ganitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine,
elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat
meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering,
dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh.
Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus.
Pengisap
polutan
Cuma itu faedah genitri?
Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum
Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi
Bandung: ganitri sebagai penyerap polutan. Ia membandingkan konsentrasi gas
sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi
tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.
Ke dalam kedua kotak kaca
diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang
memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5%
biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat
pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi ganitri
tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ?
0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm).
Bandingkan dengan kotak
kaca tanpa ganitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu
masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm.
Kesimpulannya genitri berperan menurunkan tingkat pencemaran. “Itu sebabnya, Ganitri
digunakan sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang,” kata Eka
Budianta, budayawan.[Trubus Majalah Pertanian Indonesia]