JAKARTA - Seorang mantan militan ISIS asal Jerman mengaku memilih membelot setelah merasa ngeri menyaksikan berbagai kebrutalan yang dilakukan oleh kelompok itu, termasuk pemenggalan sandera.
Mantan militan ISIS
bernama Harry Sarfo, 28, tersebut telah dipenjara di Jerman setelah pulang.
Sarfo sudah menghabiskan waktu beberapa bulan dengan kelompok Islamic State
(ISIS) di Suriah tahun 2015.
”Saya menyaksikan rajam,
pemenggalan, penembakan, pemotongan tangan, dan banyak hal lainnya,” katanya
dalam sebuah wawancara sebelum sidang, seperti dilaporkan Deutsche Welle, Kamis
(06/10/2016).
Namun laporan yang
diterbitkan oleh Washington Post menceritakan hal yang berbeda, di mana Sarfo
ikut senang menjadi bagian dari eksekutor ISIS. Laporan itu mengutip rekaman
video, di mana Sarfo menembak mati tahanan yang diikat dan ditutup matanya di
tengah kerumunan dan sorakan para militan ISIS di Palmyra, Suriah.
Rekaman video itu
diberikan oleh orang dalam ISIS. Rekaman diberikan untuk mendiskreditkan Sarfo
karena telah mengecam para militan ISIS.
Sarfo dalam wawancara
dengan media sebelumnya mengklaim bahwa dia menolak mengambil bagian dalam
eksekusi oleh kelompok ISIS. Dia mengaku
membawa bendera ISIS di video propaganda, namun tidak mengambil bagian dalam
pembunuhan sandera.
Seorang pejabat keamanan
Jerman mengatakan kepada wartawan bahwa rekaman video dari ISIS itu bisa
dijadikan acuan untuk menjatuhkan dakwaan baru untuk Sarfo.
Sebelum ditangkap, Sarfo
dikenali polisi di Bremen sebagai penjahat kecil yang terlibat pencurian dan
perampokan. Dia menjadi mualaf setelah tinggal di London, dan mengaku telah
menjadi sosok radikal di sejak mendekam di penjara pada tahun 2012.[Tigapilarnews.com]