IST |
ACEH TIMUR - Puluhan relawan lintas komunitas dari
Banda Aceh dan masyarakat menggerakkan acara Global March for Elephants and
Rhino Aceh 2016 “Kampanye; Mitigasi Konflik Satwa Liar dan Manusia” dengan melakukan penanaman pohon di lahan desa
Bunin, mitigasi dan edukasi tentang satwa liar gajah bersama Mahout dan
Mahasiswa Kedokteran Hewan – Unsyiah di Kecamatan Serbajadi – Aceh Timur, pada
tanggal 19 sampai 24 September 2016.
Aksi kegiatan penanaman pohon lemon ini
bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser yang memberikan 350 bibit pohon
lemon dan buah lainnya untuk ditanam di pintu masuknya satwa liar gajah yang
terindikasi sering berkonflik dengan warga yang berkebun dilokasi penanaman
tersebut dan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa
tanaman lemon dapat menjadi tanaman alternatif dalam mengurang konflik dengan
gajah selama ini.
Karena tanaman lemon merupakan salah satu tanaman yang tidak
disukai oleh gajah, dari segi ekonomis tanaman lemon mempunyai nilai jual yang
sangat efektif untuk menghidupi kehidupan petani sehari-hari. Diharapkan konflik yang terjadi
selama ini dapat dikurangi, perkebunan warga tidak dirusak oleh gajah, habitat
gajah dapat tetap terjaga dan masyarakat sejahtera.
Upaya Global March for Elephants
and Rhino Aceh bermotivasi untuk membantu korban konflik satwa liar dan Multi
Pihak; Badan Konservasi Sumber Daya Alam – Aceh, Conservation Response Unit
(CRU), Pemerintah Kabupaten, NGO dan multi stakeholder lainnya yang selama ini
telah berupaya keras berjuang dalam mengatasi konflik satwa liar dan manusia
terutama konflik Gajah yang terjadi selama ini.
Global March for Elephants and
Rhino Aceh 2016 diselenggarakan pada tanggal 24 September 2016 secara serentak
dan lebih dari 130 kota di seluruh dunia akan ikut andil dalam aksi ini.
Kegiatan ini bermaksud mempromosikan kesadaran pentingnya konservasi, utamanya
pada upaya penyelamatan Gajah Sumatera dan Badak Sumatera dari ancaman
kepunahan. Kegiatan ini juga diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan
keakraban bersama lintas lembaga, komunitas dan masyarakat di Aceh Timur.
Di Aceh, Global March for
Elephant and Rhino Aceh 2016 berkolaborasi melakukan kegiatan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Badan Konservasi Sumber
Daya Alam – Aceh, BKSDA Resort Langsa, Conservation Response Unit - Aceh,
Masyarakat Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi, Friends of the Orangutans, Aceh
Climate Change Initiative, Forum Konservasi Leuser, UKM - KOFAKAHA – UNSYIAH,
Orangutan Information Centre, Tropical Society, Beujro Aceh dan beberapa
perwakilan lembaga komunitas dan personal.
Kecamatan Serbajadi – Aceh Timur
adalah sebagian yang merupakan habitat Gajah sumatera, juga menjadi lokasi
kampanye perlindungan gajah dan badak Sumatera karena saat ini Kawasan
Konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Aceh adalah salah satu
benteng terakhir bagi kehidupan gajah dan badak Sumatera. TNGL memegang harapan
terakhir pelestarian dan keberadaan satwa tersebut di bumi. Terdapat 3 Taman
Nasional di Sumatera yang masih mendukung kehidupan gajah dan badak Sumatera
yaitu TNGL, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas.
Gajah dan badak Sumatera telah
dinyatakan kritis terancam punah. Ancaman kepunahan bahkan lebih parah daripada
gajah dan badak Afrika. Badak Sumatera bahkan sudah dinyatakan punah oleh
Malaysia tahun ini. Badak Jawa pun hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon.
Dalam 3 tahun terakhir, hampir 200 gajah Sumatera (10% dari total populasi)
telah mati. Menurut data dari Dinas Kehutanan Aceh, jumlah populasi gajah dari
2014 sampai dengan saat ini mencapai sebanyak 539 ekor. Sedangkan gajah. Untuk
mempertahankan populasi gajah pemerintah dihadapkan dengan tantangan berat
karena habitat gajah tersebut kurang lebih 85 persen berada diluar kawasan
konservasi sehingga rawab terjadi konflik dengan masyarakat. Untuk itu dalam
menanggapi hal ini, sangat diharapkan semua pihak yang terkait baik dari
pemerintah, LSM, komunitas dan elemen masyarakat dapat bergerak bersama untuk melestarikannya,
sehingga ke depannya konflik yang terjadi selama ini dapat berkurang, populasi
gajah dan habitatnya tetap terjaga dan masyarakat dapat hidup berdampingan
dengan satwa terutama gajah.
Sementara, 80% Ekosistem Leuser
yang merupakan rumah bagi populasi badak dan gajah Sumatera mengalami berbagai
tekanan menuju kehancuran dan deforestasi secara drastis. Laju degradasi hutan
Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Konversi hutan, illegal logging,
dan kebakaran hutan merupakan ancaman utama kelestarian hutan Aceh saat ini.
Global March for Elephants and
Rhino Aceh 2016 berharap mata dunia terbuka, lebih aktif mencari tahu dan
peduli terhadap satwa liar yang berada di Sumatera, termasuk gajah, badak,
orangutan dan harimau pada saat ini berada di ambang kepunahan. Sangat ironis,
ketika satwa yang sangat besar manfaatnya bagi alam ini hilang dari permukaan
bumi hanya karena kita terlambat menyelamatkannya.
Lintas komunitas dan personal di
Aceh berharap pemerintah, swasta, penegak hukum, LSM, dan masyarakat global
serius memperhatikan hal ini dan terus mendukung program-program konservasi di
Aceh. Semua pihak harus meninggalkan paham antroposentris dan segera menerapkan
etika konservasi.
Bersama, kita dapat menyelamatkan
lingkungan dari ancaman kepunahan. Bersama, kita semua bertanggung jawab untuk
menjamin pembangunan dalam lingkungan hidup yang aman dan berkelanjutan.
Bersama, kita harus menjamin kelangsungan kehidupan anak cucu kita di masa
depan. Salam lestari. [Rls]