
Pasalnya, calon yang tidak
diusung oleh partai politik inipun banyak didukung oleh elemen masyarakat
karena faktor kredibilitas calon yang akan bertarung dalam pilkada Aceh,
dianggap memiliki track record yang baik di mata masyarakat dan layak untuk
dipilih.
Pesta politik menjadi
salah satu ajang kompetisi besar bagi para tokoh di daerahnya masing-masing
untuk merebut simpati masyarakat agar menjadi pemimpin di daerahnya.
"Pilkada bukanlah
suatu hal yang tabu untuk dibahas, di tahun ini sudah bermunculan
dukungan-dukungan dari masyarakat yang mengarah untuk paslonnya yang sudah
diorbitkan. Saya sebagai masyarakat sangat mengharapkan pilkada damai dan
tenteram di Aceh, jangan gara-gara pilkada yang sementara ini kita menggadaikan
tali persaudaraan antar sesama. Ini kerap terjadi di lingkungan masyarakat
mulai dari menebar fitnah, mencaci maki sampai pembunuhan," demikian kata
Rahmat Asri Sufa selaku Penasehat Forum Mahasiswa Aceh (Forma) Sumut, kepada
LintasAtjeh.com, Rabu (14/9/2016).
Lanjut dia, semoga di
pilkada tahun 2017 mendatang, Aceh menjadi salah satu provinsi yang bisa
menyematkan pilkada damai. Harapan kita semua tidak ada lagi isu negatif yang
bermunculan di masyarakat terkait pilkada.
“Dengan demikian, kami pun
bisa lebih leluasa untuk memilih calon pemimpin di Aceh tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun," tukas Pemuda asal Bireuen ini.
Hal terpenting, selaku
pemuda Aceh yang ada di perantauan tanah Batak, semoga pesta demokrasi lima
tahunan ini bisa digelar dengan aman, damai dan demokratis. Jangan sampai
dengan pilkada justru persatuan dan kesatuan terpecah belah, perdamaian
terkoyak dan tali silaturrahmi masyarakat Aceh menjadi tercerai berai.
“Biarlah berbeda pandangan
politik, namun jangan sampai ternoda perdamaian Aceh. Kita harap, pesta
demokrasi ini menjadi pendidikan politik bagi kita semua untuk menghargai
perbedaan serta menjunjung tinggi asas-asas demokrasi yang jujur dan adil tanpa
paksaan dari pihak manapun untuk memilih kandidat yang menjadi pilihannya,”
pungkas Rahmat Asri Sufa.[Red]