BANDA ACEH - Pengamat
Politik dan Keamanan Aceh sekaligus Peneliti Jaringan Survey Inisiatif, Aryos
Nivada, menyoroti perilaku kader atau elit Partai Aceh yang berkomentar syarat
intimidasi secara verbal (kata-kata), seperti Abon Thalib dan Juragan.
Menurutnya, itu bagian
dari strategi politik Partai Aceh untuk menggiring masyarakat Aceh agar memilih
Muzakir Manaf menjadi Gubernur Aceh. Kata-kata itu bermuatan teror agar lebih
terasa di publik, sehingga membuat resah.
"Cara intimidasi
dari hasil survey “Jaringan Survey Inisiatif” tidak efektif lagi dijadikan
strategi politik, karena masyarakat Aceh merespon negatif,” ungkapnya melalui
pers rilis ke Redaksi LintasAtjeh.com, Rabu (7/9/2016).
Aryos juga
mengungkapkan, pesan lain adalah tindakan beberapa kader dan elit Partai Aceh dengan
mengeluarkan pernyataan itu justru membuka luka lama masa kelam konflik
kembali. “Jika begitu kapan Aceh menatap masa depan lebih baik jika selalu
terjadi pola tindakan intimidasi. Sekaligus pernyataan itu merusak semangat pilkada
damai. Ini harus menjadi keprihatinan banyak pihak,” ungkap dia.
Lanjut dia, ini
menjadi catatan dan perlu ditindaklanjuti pada institusi Bawaslu Aceh dan
Panwaslih Aceh agar menegur kepada para kontestan siapapun untuk tidak
mengeluarkan pernyataan provokatif bernuansa intimidasi.
“Saya berharap
agar Muzakir Manaf selaku Ketua Partai Aceh menindak tegas kadernya yang
membuat pernyataan yang provokatif, jangan sampai gara-gara kader berdampak
rusaknya citra partai di mata konstituennya,” pinta Aryos.
Masih kata
Aryos, dampak lainnya akan merugikan Muzakir Manaf dan Partai Acehnya sendiri,
karena akan menurunkan suara dan dukungan dirinya di Pilkada 2017 nantinya.
“Saya yakin
Muzakir Manaf akan mendukung jalannya pilkada damai yang berkualitas. Karena
beliau politikus yang menjunjung tinggi nilai-nilai berdemokratis secara santun
dan beretika,” pungkas Aryos Nivada.[Rls]