ACEH UTARA - Kabupaten Aceh Utara masih butuh perubahan di segala
bidang. Tentunya hal ini "PR" bagi pemimpin daerah maupun calon
pemimpin di Kabupaten itu untuk agar menggiring Ibukota lebih maju. Seperti
yang diutarakan salah satu Calon Bupati Aceh Utara dari jalur Independen,
Sulaiman Ibrahim.
"Ya jelas, Aceh Utara butuh
perubahan. Salah satunya dengan memulangkan seluruh instansi ke Ibukota di
Lhoksukon. Sekarang coba lihat, hingga kini belum seluruhnya instansi kita Aceh
Utara kembali ke ibukota di Lhoksukon," ujar Sulaiman didampingi calon
Wakilnya, Razali saat dimintai tanggapannya oleh LintasAtjeh, Rabu (28/9/2016).
Menurutnya, jika belum mampu
untuk menempati lokasi baru, maka sementara bisa saja menggunakan fasilitas
yang sudah ada seperti ruko atau bangunan lain untuk instansi-instansi yang
dipulangkan itu. Iya yakin jika pemimpin maupun calon pemimpin baru di
kabupaten itu nantinya mampu mewujudkan impian itu.
“Hari ini saya terpilih, besok
kita pindah ke Lhoksukon, meski harus sewa ruko. Kalau gak da anggaran kita
talangi pakai uang sendiri. Sebab sudah 12 tahun pemekaran sampai hari ini
belum pindah, bagaimana mau memberikan pelayan yang maksimal kepada masyarakat,”
katanya.
Selain itu, Aceh Utara juga perlu
memprioritaskan guru Produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) demi
pengembangan sekolah kejuruan sekaligus terfokus pada pada SDM guru produktif.
"Kami rasa kita perlu
prioritaskan ini, sehingga menghasilkan siswa produktif yang lulus dari Sekolah
Kejuruan. Kita juga akan fokus pada prioritas ini nantinya jika dipercaya
masyarakat," ujar Calon Wakil Bupati Aceh Utara, Razali S.Pd, pasangan
Sulaiman Ibrahim dari Jalur Independen.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan
dan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Aceh Utara ini menguraikan bahwa ada sekitar
22 SMK yang perlu diprioritaskan. "Namun
yang go publik baru satu SMK, yang lainnya masih jadi PR," urainya.
Selanjutnya, kedepan ia pun berjanji
akan mengangkat tenaga guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika terpilih menjadi Bupati Aceh Utara periode 2017-2022 mendatang. Sebab,
sebanyak 7 ribuan lebih nasib mereka (guru honorer) belum jelas.
“Terutama yang saya angkat guru
yang paling lama mengabdi, selanjutnya menyusul ke bawah,” ujarnya. [Chai]