MALANG -
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengatakan, akan ada
12.000 sopir lisensi internasional dari Filipina yang akan datang ke Indonesia.
Kedatangan sopir itu
sebagai dampak dari diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Hal itu disampaikan
Muhadjir saat membuka Pekan Budaya Indonesia 2016 di Pendopo Kabupaten Malang,
Jumat (2/9/2016) kemarin.
Menurut dia, dari 12.000
sopir itu, 40 persen merupakan sopir perempuan.
Terkait kondisi itu, pemerintah akan menggalakkan pendidikan
vokasi untuk anak didik Indonesia.
Hal itu dilakukan supaya
tercipta tenaga kerja dengan keterampilan yang handal.
"Karena kita butuh
tenaga-tenaga kerja yang terampilan untuk menghadapi tantangan tenaga kerja
masa depan," kata dia.
Muhadjir juga meminta
kepada anak didik untuk berorientasi pada keterampilan saat sudah memasuki masa
pendidikan SMA.
Dengan begitu, setelah
lulus SMA, anak didik tersebut bisa langsung mendapat pekerjaan.
"Pemerintah sedang
menggalakkan pendidikan vokasi. Pemerintah berharap anak-anak yang tamat SMK
langsung bisa bekerja. Jadi tidak usah dipaksakan semua harus kuliah,"
jelasnya.
Hal yang sama juga
disampaikan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Menurut Soekarwo,
Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang terampil. Sebab, sejumlah negara
anggota MEA sudah bersiap untuk memasuki Indonesia.
Bahkan, ada sebagian
negara yang mengajarkan Bahasa Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi.
"Filipina tadi di
sana perguruan tingginya sudah mengajar Bahasa Indonesia. Filipina paling siap
untuk bahasa Indonesia," kata dia.
Hingga saat ini, Soekarwo
menyebut bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga kerja yang terampil.
Terutama terkait dengan
pemahaman tentang teknologi modern.
Ia mencontohkan banyaknya
tenaga kesehatan yang akhirnya tidak mampu bersaing karena keterbatasan
pemahaman untuk mengoperasikan teknologi medis yang canggih.
"Perawat kita dididik
misalkan, setelah kita masukkan (ke luar negeri), di sana rumah sakitnya lebih
modern, jadi tidak bisa mengoperasikan alatnya. Itu problem kita. Padahal nurse
itu kurang sekali," ucapnya.
"Amerika Serikat itu
kekurangan 2.500 perawat. 150 perawat permintaan dari Australia tidak bisa
dikirim, karena harus bisa mengoperasikan alatnya," ungkapnya.[Kompas]