-->

Last Minute! Saatnya Buktikan "DAUD" Bisa Kalahkan Ahok

21 September, 2016, 13.29 WIB Last Updated 2016-09-21T06:30:18Z
IST
JAKARTA - Akhirnya Ahok mendapatkan stempel PDIP untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat. Dukungan PDIP sejatinya sudah bisa ditebak jauh-jauh hari, tepatnya ketika PDIP tidak memperpanjang jabatan Bambang DH sebagai Plh. Ketua DPD PDIP Jakarta. Selama ini, Bambang DH dikenal tidak setuju dukungan PDIP kepada Ahok.

“Pilihan PDIP mengusung pasangan Ahok-Djarot tidak perlu terlalu disesali. Inilah antiklimaks dari serangkaian dramatisasi yang telah dibangun PDIP. Proses penjaringan yang akhirnya mengantar enam figur ke meja ketua umum sejatinya hanyalah dagelan semata untuk mengelabuhi publik,” demikian sindir Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan, Sya'roni kepada redaksi LintasAtjeh.com, Rabu (21/9/2016).

Menurut Sya’roni, dukungan PDIP kepada Ahok bisa dianggap sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan penegakan hukum. Ahok sudah terlalu sering melakukan penggusuran terhadap rakyat miskin. Sudah tidak terhitung jumlah tangisan dan ratapan yang mengiringi setiap penggusuran. PDIP juga sudah tutup mata atas dugaan korupsi Ahok di kasus RS Sumber Waras, Tanah Cengkareng dan Reklamasi.

“Tapi apapun rasionalisasi PDIP biarlah itu menjadi hak PDIP. Dan bagi wong cilik, terutama korban penggusuran, setidaknya sudah mengetahui bahwa PDIP lebih memilih Ahok, sehingga sah-sah saja kalau nantinya wong cilik juga meninggalkan PDIP,” katanya.

Tapi di sisi lain, lanjut Sekjend HUMANIKA ini, dengan masuknya dukungan dari PDIP, tentunya ini fakta yang baik buat Ahok. Sebelumnya sudah ada tiga partai politik yang menyerahkan dukungan kepada Ahok yaitu Partai Nasdem, Partai Hanura dan Partai Golkar. Keberadaan PDIP makin memperkokoh dukungan kepada Ahok. Jika  diakumulasi sesuai jumlah kursi di DPRD Jakarta, maka sudah terkumpul 52 kursi.

Namun Pilkada dengan pemilihan langsung tidak serta-merta akan simetris dengan dukungan parpol. Rakyatlah sebagai kuasa penuh pemilik kedaulatan yang akan menentukan figur mana yang akan dipilih menjadi gubernur.

“Jadi, pertarungan belum selesai, bahkan baru akan dimulai. Apalagi dari koalisi kekeluargaan, minus PDIP, sampai hari ini juga belum mengumumkan pasangan yang akan diusungnya. Dengan telah dikukuhkannya pasangan Ahok-Djarot tentu akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi Koalisi Kekeluargaan untuk mengusung pasangan yang sepadan,” terang Sya’roni.

Sementara ini, biarkanlah kubu Ahok bersuka-ria dengan digenggamnya dukungan dari PDIP. Tentu ini akan melipatgandakan kepercayaan diri Ahok untuk duel dalam pilkada. Ahok pasti meyakini akan memenangkan pilkada siapapun lawan yang dihadapi. Apalagi tanpa dukungan PDIP saja, hampir semua lembaga survei menempatkan Ahok dalam elektabilitas tertinggi, bahkan melejit meninggalkan figur-figur lainnya.

“Bisa jadi Ahok telah berubah menjadi sesosok Goliath yang meyakini tidak akan ada lawan yang bisa mengalahkannya. PDIP yang tadinya masih ada kemungkinan akan menjadi lawan ternyata lebih memilih bersekutu,” imbuhnya menyindir.

Sekarang tinggal menunggu keluarnya sosok "Daud" yang akan menumbangkan Ahok. Daud dipersonifikasikan sebagai figur yang kehadirannya diremehkan oleh Goliath. Namun Daud mampu membalikkan dugaan Goliath. Dengan keberanian yang berlipat, meskipun hanya bersenjatakan alat yang sederhana, Daud melancarkan serangan cepat yang mampu menumbangkan Goliath.

Saatnya, Koalisi Kekelurgaan menghadirkan sosok "Daud" yang mampu menumbangkan Ahok. Figur yang diusung harus memiliki keberanian berlipat, ketangkasan berduel dan kecerdasan dalam melancarkan serangan. Dan yang terpenting, "Daud" muncul hanya seorang diri.

“Anggota Koalisi Kekeluargan harus bisa berpikir taktis dan yang terpenting bersedia kompromistis demi munculnya seorang "Daud". Sandiaga Uno, calon yang diusung Partai Gerindra, jauh-jauh hari sudah berkomitmen siap hanya menjadi cawagub demi kepentingan untuk bisa mengalahkan Ahok,” ungkapnya.

“Dengan waktu tersisa yang semakin mepet, diharapkan Koalisi Kekeluargaan tidak salah langkah, apalagi sampai terpecah. Kekompakan seluruh anggota koalisi akan menentukan hasil pertarungan. Sekali lagi perlu ditegaskan pertarungan baru akan dimulai. Saatnya "Daud" kalahkan Ahok!!” demikian pungkas Sekjend HUMANIKA.[Rls]
Komentar

Tampilkan

Terkini